Untaian Para Ulama Tentang Istighfar

Desember 21, 2014
Setiap manusia pasti memiliki dosa dan kesalahan. Sebaik-baik orang yang berdosa adalah orang yang bertaubat kepada Allah. Istighfar merupakan salah satu bentuk taubat kita kepada Allah SWT melalui lisan. Istighfar memiliki kedudukan dan fadhilah yang sangat besar bagi pemilikinya. Sehingga para ulama pun sangat memperhatikan kalimat ini. Di antara para ulama, mereka mengatakan sesuatu tentang istighfar sebagai berikut:

Sahl ditanya tentang istighfar yang menghapus dosa, dia menjawab, “Permulaan istighfar adalah istijabah (menjawab panggilan Allah), kemudian inabah (kembali kepada Allah), dan terakhir taubat. Istijabah adalah amalan anggota tubuh, inabah adalah amalan hati, dan taubat adalah seseorang kembali kepada Allah dengan meninggalkan makhluk, kemudian memohon ampun kepada Allah dari kelalaian yang telah ia perbuat.” (At-Taubah Ilallah, karya Al-Ghazali)

Ibnul Jauzi berkata, “Iblis berkata, ‘Aku membinasakan anak cucu Adam dengan dosa dan mereka membinasakanku dengan istighfar dan laa ilaaha illallah. Manakala aku melihat hal itu pada mereka, aku tanamkan hawa nafsu pada mereka, dimana mereka berbuat dosa tapi tidak beristighfar, karena mereka mengira diri mereka berbuat baik’.” (Miftah Dar As-Sa’adah, oleh Ibnul Qayyim)

Qatadah rahimahullah berkata, “Al Qur’an menunjuki kalian penyakit dan obat penyembuh kalian. Penyakit kalian adalah dosa dan obat penyembuh kalian adalah istighfar.”

Ali radhiyallahu 'anhu berkata, “Yang aneh adalah orang yang binasa padahal keselamatan ada bersamanya,” beliau ditanya, “Apa keselamatan tersebut?” Ali menjawab, “Istighfar.”

Di riwayatkan dari Luqman 'alayhissalam, bahwa dia berwasiat kepada putranya, “Wahai anakku, Allah memiliki beberapa waktu, tidak ditolak orang yang meminta pada waktu itu. Maka perbanyaklah istighfar.”

Dari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, “Thuba (thuba adalah nama surga, dan menurut pendapat lain adalah nama pohon di surga.) bagi yang mendapat banyak istighfar dalam buku catatan amalnya.”

Abu Al-Minhal berkata, “Tidaklah seorang hamba didampingi di dalam kuburnya oleh pendamping yang lebih dicintainya daripada istighfar.”

Al-Hasan Al Bashri rahimahullah berkata, “Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah kalian, di meja-meja makan kalian, di jalan-jalan kalian, di pasar-pasar kalian, dan di majelis-majelis kalian, karena kalian tidak tahu kapan ampunan akan turun.”

Seorang Badui berkata, “Siapa yang ingin menjadi tetangga kami di tanah kami, hendaklah memperbanyak istighfar. Karena istghfar adalah awan tebal yang mengandung air (hujan lebat).”

Bakr bin Abdullah al-Muzni berkata, “Kalian banyak berbuat dosa, maka perbanyaklah istighfar. Karena seseorang kalau menemukan istighfar di dalam catatan amalnya pada setiap jarak dua baris, dia akan senang melihat tempat itu.”

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Pikiranku terpaku pada sebuah masalah yang sulit bagiku. Maka aku beristighfar kepada Allah seribu kali sampai dadaku dilapangkan dan masalah yang sulit terpecahkan. Aku kadang berada di pasar, masjid, atau sekolah, tapi hal itu tidak menghalangiku dari dzikir dan istighfar sampai aku meraih apa yang aku inginkan.”

Astaghfirullah wa atuubu ilaihi


Artikel Terkait

Previous
Next Post »