Setiap manusia pasti memiliki dosa dan kesalahan. Sebaik-baik orang yang
berdosa adalah orang yang bertaubat kepada Allah. Istighfar merupakan salah satu
bentuk taubat kita kepada Allah SWT melalui lisan. Istighfar memiliki kedudukan
dan fadhilah yang sangat besar bagi pemilikinya. Sehingga para ulama pun sangat
memperhatikan kalimat ini. Di antara para ulama, mereka mengatakan sesuatu
tentang istighfar sebagai berikut:
Sahl ditanya tentang istighfar yang menghapus dosa, dia menjawab,
“Permulaan istighfar adalah istijabah (menjawab panggilan Allah), kemudian inabah (kembali kepada Allah), dan terakhir taubat. Istijabah adalah amalan anggota
tubuh, inabah adalah amalan hati, dan taubat adalah seseorang kembali kepada
Allah dengan meninggalkan makhluk, kemudian memohon ampun kepada Allah dari
kelalaian yang telah ia perbuat.” (At-Taubah Ilallah, karya Al-Ghazali)
Ibnul Jauzi berkata, “Iblis berkata, ‘Aku membinasakan anak cucu
Adam dengan dosa dan mereka membinasakanku dengan istighfar dan laa ilaaha illallah. Manakala aku melihat hal itu
pada mereka, aku tanamkan hawa nafsu pada mereka, dimana mereka berbuat dosa
tapi tidak beristighfar, karena mereka mengira diri mereka berbuat baik’.” (Miftah
Dar As-Sa’adah, oleh Ibnul Qayyim)
Qatadah rahimahullah berkata, “Al Qur’an menunjuki kalian penyakit dan
obat penyembuh kalian. Penyakit kalian adalah dosa dan obat penyembuh kalian
adalah istighfar.”
Ali radhiyallahu 'anhu berkata, “Yang aneh adalah orang yang binasa padahal
keselamatan ada bersamanya,” beliau ditanya, “Apa keselamatan tersebut?” Ali
menjawab, “Istighfar.”
Di riwayatkan dari Luqman 'alayhissalam, bahwa dia berwasiat kepada putranya,
“Wahai anakku, Allah memiliki beberapa waktu, tidak ditolak orang yang meminta
pada waktu itu. Maka perbanyaklah istighfar.”
Dari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata, “Thuba (thuba adalah nama surga,
dan menurut pendapat lain adalah nama pohon di surga.) bagi yang mendapat
banyak istighfar dalam buku catatan amalnya.”
Abu Al-Minhal berkata, “Tidaklah seorang hamba didampingi di dalam
kuburnya oleh pendamping yang lebih dicintainya daripada istighfar.”
Al-Hasan Al Bashri rahimahullah berkata, “Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah
kalian, di meja-meja makan kalian, di jalan-jalan kalian, di pasar-pasar
kalian, dan di majelis-majelis kalian, karena kalian tidak tahu kapan ampunan
akan turun.”
Seorang Badui berkata, “Siapa yang ingin menjadi tetangga kami di
tanah kami, hendaklah memperbanyak istighfar. Karena istghfar adalah awan tebal
yang mengandung air (hujan lebat).”
Bakr bin Abdullah al-Muzni berkata, “Kalian banyak berbuat dosa,
maka perbanyaklah istighfar. Karena seseorang kalau menemukan istighfar di
dalam catatan amalnya pada setiap jarak dua baris, dia akan senang melihat
tempat itu.”
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Pikiranku terpaku pada sebuah
masalah yang sulit bagiku. Maka aku beristighfar kepada Allah seribu kali
sampai dadaku dilapangkan dan masalah yang sulit terpecahkan. Aku kadang berada
di pasar, masjid, atau sekolah, tapi hal itu tidak menghalangiku dari dzikir
dan istighfar sampai aku meraih apa yang aku inginkan.”
Astaghfirullah wa atuubu ilaihi
Artikel terkait:
Agungnya Dzikir Kepada Allah
Kisah Tukang Roti dan Imam Ahmad
Untaian Para Ulama Tentang Istighfar
HASMI Akan Menyelenggarakan Tabligh Akbar di Kab. Bogor Timur
EmoticonEmoticon