Larangan Membuat Bid'ah Dalam Agama

9 years ago



Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam adalah mutlak dari semua segi. Baik akidah, muamalah, ibadah, hukum, maupun segi-segi yang lainnya. Hal ini disebabkan Islam adalah agama hak dan karena Islam datang dari Dzat Yang Maha Sempurna. Kesempurnaan Islam bertolak dari kesempurnaan Alloh ‘Azza wa Jalla. Berkaitan dengan kesempuraan agama Islam, Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini Aku telah menjadikan Islam agama yang sempurna untuk kalian. Aku sempurnakan nikmat(QS. al-Maidah [5]: 3)

Berdasarkan ayat ini, maka agama Islam tidak membutuhkan adanya penambahan dan pengurangan dalam syariat. Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam pun telah menyampaikan seluruh ajaran Islam tersebut. Sehingga mencukupkan diri dengan apa yang diamalkan oleh beliau shollallohu ‘alayhi wa sallam adalah keselamatan. Begitu pula apa yang dipahami oleh genarasi terbaik umat Islam dari kalangan sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. Mereka adalah generasi yang dipuji oleh Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam sebagai generasi terbaik.

Adapun ibadah-ibadah yang dinisbatkan ke dalam agama Islam yang tidak ada dasar perintah dan contohnya dari Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam berserta sahabatnya, maka ibadah-ibadah itu kategorinya adalah bid’ah, yaitu perkara baru dalam agama. Amalan bid’ah merusak makna kesempurnaan agama Islam. Karena bid’ah termasuk bentuk pengurangan atau penambahan ajaran yang tidak pernah diturunkan Alloh shubhanahu wa ta’ala dan diajarkan oleh Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam.

Hadits-hadits berikut ini menunjukkan terlarangnya mengamalkan suatu ibadah yang tidak ada dasar perintah serta contohnya:

Imam Ahmad rhimahulloh meriwayatkan hadis dalam musnadnya dari jalur Irbad bin Sariyah  rodhiyallohu ‘anhu bahwa Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda:
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِالْخُلَفَاءِالرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، وَعَضُّواعَلَيْهَابِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍبِدْعَةٌ، وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍضَلَالَةٌ
“Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap sunahku dan sunah Khulafaurrosyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah iadengan gigi geraham (genggamlah dengan kuat). Hendaklah kalian menghindari perkara baru yang diada-adakan karena semua perkara yang baru diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”

رَوَى اْلبُخَارِيُّ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ.
Imam Bukhori rohimahulloh meriwayatkan hadis dari Aisyah rodhiyallohu ‘anha bahwa Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mengada-adakan perkara baru dalam agama kami yang tidak ada perintahnya maka ia tertolak.”
رَوَى مُسْلِمٌ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ».
Imam Muslim rohimahulloh meriwayatkan hadits dari Aisyah rodhiyallohu ‘anha bahwa Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan amalan yang tidak ada perintahnya dalam agama kami maka amalan itu tertolak.”

Imam Muslim rohimahulloh meriwayatkan hadis bahwa Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda:
« أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ »
Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan  adalah kitabulloh. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam. Seburuk-buruk perkara adalah sesuatu yang baru yang diada-adakan dalam agama. Dan setiap bid’ah itu adalah sesat.”

Berdasarkan hadis-hadis tentang bid’ah tersebut, maka ada  tiga batasan khusus sehingga sesuatu dapat dikategorikan sebagai bid’ah; pertama, al-Ihdats, yaitu mengada-adakan, kedua, sesuatu yang diada-adakan tersebut disandarkan kepada agama, dan ketiga sesuatu yang diada-adakan ini tidak berlandaskan dalil syar’i, baik dalil secara umum, maupun dalil khusus.

Syekh Muhammad bin Husain al-Jizani rohimahulloh mendefinisikan bid’ah dalam kitab Qowa’id Ma’rifatul Bida’, “Setiap yang diada-adakan dalam agama Alloh subhanahu wa ta’ala yang sama sekali tidak mempunyai ladasan dalil, baik dalil yang umum ataupun yang khusus.”

Imam as-Syatibi rohimahulloh dalam kitab al-I’tishom berkata, (yang dimaksud dengan bid’ah adalah) “Jalan dalam meniti kehidupan beragama yang dibuat-buat dan menyerupai syariat serta dilaksanakan dengan tujuan memperbanyak ibadah kepada Alloh ‘Azza wa Jalla.”

Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim al-Haroni rohimahulloh dalam kitab al-Istiqomah berkata, “Sesungguhnya bid’ah adalah agama yang tidak diperintahkan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rosul-Nya shollallohu ‘alayhi wa sallam. Maka, barangsiapa beragama dengan yang tidak diperintahkan Alloh dan Rosul-Nya, maka ia adalah pelaku bid’ah karena perbuatannya itu dan inilah makna firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, “Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu selain Alloh yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?”(QS. As-Syuro: 21)

Berdasarkan hadis-hadis yang telah disebutkan dan penjelasan para ulama, ada dua kesimpulan penting dalam masalah ini:
1.        Setiap amal ibadah yang dinisbatkan kepada agama Islam yang tidak ada landasan dalil dan contohnya maka itu adalah bid’ah.
2.     Semua jenis bid’ah yang disandarkan pada agama Islam adalah sesat. Tidak ada dalil satu pun yang memalingkan keumuman hadis bahwa semua bid’ah adalah sesat.

Artikel Terkait

EmoticonEmoticon

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
=)D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p
:ng