Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam adalah mutlak dari
semua segi. Baik akidah, muamalah, ibadah, hukum, maupun segi-segi yang
lainnya. Hal ini disebabkan Islam adalah agama hak dan karena Islam datang dari
Dzat Yang Maha Sempurna. Kesempurnaan Islam bertolak dari kesempurnaan Alloh ‘Azza
wa Jalla. Berkaitan dengan kesempuraan agama Islam, Alloh subhanahu wa
ta’ala berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini Aku telah
menjadikan Islam agama yang sempurna untuk kalian. Aku sempurnakan nikmat” (QS. al-Maidah [5]:
3)
Berdasarkan ayat ini, maka agama Islam tidak membutuhkan adanya
penambahan dan pengurangan dalam syariat. Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa
sallam pun telah menyampaikan seluruh ajaran Islam tersebut. Sehingga
mencukupkan diri dengan apa yang diamalkan oleh beliau shollallohu ‘alayhi
wa sallam adalah keselamatan. Begitu pula apa yang dipahami oleh genarasi
terbaik umat Islam dari kalangan sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. Mereka
adalah generasi yang dipuji oleh Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam sebagai
generasi terbaik.
Adapun ibadah-ibadah yang dinisbatkan ke dalam agama Islam yang tidak ada
dasar perintah dan contohnya dari Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam berserta
sahabatnya, maka ibadah-ibadah itu kategorinya adalah bid’ah, yaitu
perkara baru dalam agama. Amalan bid’ah merusak makna kesempurnaan agama Islam.
Karena bid’ah termasuk bentuk pengurangan atau penambahan ajaran yang tidak
pernah diturunkan Alloh shubhanahu wa ta’ala dan diajarkan oleh
Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam.
Hadits-hadits berikut ini menunjukkan terlarangnya mengamalkan suatu
ibadah yang tidak ada dasar perintah serta contohnya:
Imam Ahmad rhimahulloh meriwayatkan hadis dalam musnadnya dari jalur Irbad bin Sariyah rodhiyallohu ‘anhu bahwa Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda:
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِالْخُلَفَاءِالرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، وَعَضُّواعَلَيْهَابِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍبِدْعَةٌ، وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍضَلَالَةٌ
“Hendaklah kalian berpegang
teguh terhadap sunahku dan sunah Khulafaurrosyidin yang mendapatkan
petunjuk. Gigitlah iadengan gigi geraham (genggamlah dengan kuat). Hendaklah
kalian menghindari perkara baru yang diada-adakan karena semua perkara yang
baru diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”
رَوَى اْلبُخَارِيُّ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ.
Imam Bukhori rohimahulloh
meriwayatkan hadis dari Aisyah rodhiyallohu ‘anha bahwa Rosululloh shollallohu
‘alayhi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mengada-adakan perkara baru dalam
agama kami yang tidak ada perintahnya maka ia tertolak.”
رَوَى مُسْلِمٌ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ
عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ».
Imam Muslim rohimahulloh
meriwayatkan hadits dari Aisyah rodhiyallohu ‘anha bahwa Rosululloh shollallohu
‘alayhi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan amalan yang tidak ada
perintahnya dalam agama kami maka amalan itu tertolak.”
Imam Muslim rohimahulloh meriwayatkan hadis bahwa Rosululloh shollallohu
‘alayhi wa sallam bersabda:
« أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ
الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ
مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ »
“Amma ba’du. Sesungguhnya
sebaik-baik perkataan adalah kitabulloh. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shollallohu ‘alayhi wa
sallam. Seburuk-buruk perkara adalah
sesuatu yang baru yang diada-adakan dalam agama. Dan
setiap bid’ah itu adalah sesat.”
Berdasarkan hadis-hadis tentang bid’ah tersebut, maka ada tiga batasan khusus sehingga sesuatu dapat
dikategorikan sebagai bid’ah; pertama, al-Ihdats, yaitu mengada-adakan, kedua, sesuatu yang diada-adakan tersebut
disandarkan kepada agama, dan ketiga sesuatu yang diada-adakan
ini tidak berlandaskan
dalil syar’i, baik dalil secara umum, maupun dalil khusus.
Syekh Muhammad bin Husain al-Jizani rohimahulloh mendefinisikan bid’ah dalam kitab Qowa’id Ma’rifatul Bida’, “Setiap yang diada-adakan dalam agama Alloh subhanahu wa ta’ala yang sama sekali tidak mempunyai ladasan dalil, baik
dalil yang umum ataupun yang khusus.”
Imam as-Syatibi rohimahulloh dalam kitab al-I’tishom
berkata, (yang dimaksud dengan bid’ah adalah) “Jalan dalam meniti kehidupan beragama yang dibuat-buat dan menyerupai syariat serta dilaksanakan dengan tujuan
memperbanyak ibadah kepada Alloh ‘Azza wa Jalla.”
Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul
Halim al-Haroni rohimahulloh
dalam kitab al-Istiqomah
berkata, “Sesungguhnya bid’ah
adalah agama yang tidak diperintahkan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rosul-Nya shollallohu ‘alayhi wa sallam. Maka, barangsiapa beragama dengan
yang tidak diperintahkan Alloh dan
Rosul-Nya, maka ia adalah pelaku bid’ah karena perbuatannya itu dan inilah makna firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala,
“Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu selain Alloh
yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?”(QS. As-Syuro: 21)
Berdasarkan hadis-hadis yang telah disebutkan dan penjelasan para ulama,
ada dua kesimpulan penting dalam masalah ini:
1. Setiap amal ibadah yang dinisbatkan kepada agama
Islam yang tidak ada landasan dalil dan contohnya maka itu adalah bid’ah.
2. Semua jenis bid’ah yang disandarkan pada agama Islam
adalah sesat. Tidak ada dalil satu pun yang memalingkan keumuman hadis bahwa
semua bid’ah adalah sesat.
EmoticonEmoticon