Tafsir Surat Al Ahzab Ayat 40 (Nabi Terakhir)

Oktober 23, 2016

Ayat ini menjelaskan tentang Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, bahwa beliau bukanlah bapak dari dari anak-anak, tapi beliau adalah seorang Rasul dan sekaligus Nabi dan Rasul terakhir.
Allah subhanahu wa ta’ala berfriman:
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٖ مِّن رِّجَالِكُمۡ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّ‍ۧنَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٗا ٤٠
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”  (QS. Al Ahzab: 40)

Dalam tafsir Ibnu Katsir, pembahasan ayat ini dibagi menjadi dua bagian:
Rasul Bukanlah Ayah Salah Satu Di Antara Para Shahabat
Firman Allah subhanahu wa ta’ala مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٖ مِّن رِّجَالِكُمۡ “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian.” Setelah turun ayat ini, Allah melarang memanggil Zaid dengan panggilan Zaid bin Muhammad. Maksud ayat ini adalah bahwa Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam bukanlah ayah Zaid, meskipun beliau menjadikan ia sebagai anak angkat, karena beliau tidak pernah memiliki anak laki-laki yang hidup sampai baligh dan dewasa. Beliau memiliki anak bernama al-Qasim, al-Thayyib dan ath-Thahir dari rahim Khadijah radhiyallahu ‘anha yang meninggal pada usia masih kecil. Beliau pun memiliki anak bernama Ibrahim dari Mariyah al-Qibthiyah, namun ia pun meninggal saat menyusui. Sedangkan dari Khadijah, beliau melahirkan empat orang anak perempuan. Mereka adalah , Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah –semoga Allah meridhoi mereka semua˗. Pada saat beliau masih hidup, tiga orang putrinya telah mendahului wafat. Sedangkan Fatimah, wafatnya lebih akhir. Ia wafat enam bulan setelah Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam wafat.

Muhammad Adalah Penutup Para Nabi
Firman Allah:
وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّ‍ۧنَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٗا “Tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-Nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Ayat ini secara tegas menjelaskan bahwa tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam. Jika dinyatakan setelah beliau tidak ada Nabi, maka sevara otomatis tentunya leibh lebih tidak ada lagi seorang Rasul, karena derajat Rasul lebih khusus daripada Nabi, karena setiap Rasul pasti Nabi, namun tidak setiap Nabi itu menjadi Rasul.

Mengenai pernyataan tidak ada Nabi dan Rasul setelah beliau, banyak sekali hadits-hadits mutawatir yang bersumber dari Rasulullah dan diriwayatkan oleh sebagian besar para Shahabat radhiyallahu ‘anhum yang menyatakan hal itu.

Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Ubay bin Ka’b dari ayahnya dari Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam beliau bersabda:
مَثَلِي فِي النَّبِيِّيْنَ كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَي دَارًا فَأَحْسَنَهَا وَأَكْمَلَهَا وَتَرَكَ فِيهَا مَوْضِعَ لَبِنَةٍ لَمْ يَضَعْهَا فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِالْبُنْيَانِ وَيَعْجُبُوْنَ مِنْهُ وَيَقُوْلُوْنَ لَوْ تَمَّ مَوْضِعُ هَذِهِ اللَّبِنَةِ؟ فَأَنَا فِي النَّبِيِّينَ مَوْضِعُ تِلْكَ اللَّبِنَةِ.
“Perumpamaan aku dengan para Nabi yang lain laksana seorang laki-laki yang membangun sebuah rumah, kemudian rumah itu ia perindah dan ia sempurnakan. Namun pada bangunan rumah itu, ia meninggalkan sebuah tempat kosong yang semestinya diisi oleh sebatang batu bata yang tidak ia letakkan. Saat itu manusia mengelilingi bangunan seraya merasa kagum dengan keindahannya. Mereka berkata, “Seandainya tempat kosong ini dapat diisi oleh sebuah batu, niscaya akan sempurna keindahannya. Maka dibandingkan para Nabi lainnya, aku inilah batu yang menyempurnakan tempat kosong tadi.” (HR. Ahmad, V/136)

Hadits ini diriwayatkan juga oleh Imam At-Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits ini derajatnya hasan shahih.”

Hadits yang lain: Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
إِنَّ الرِّسَالَةَ وَالنُّبُوَّةَ قَدِ انْقَطَعَتْ، فَلَا رَسُولَ بَعْدِيْ وَلَا نَبِيَّ
“Kerasulan dan kenabian sungguh telah terputus, tidak ada Rasul setelah ini dan tidak pula ada Nabi.”
Anas berkata, “Hal itu membuat manusia guncang hatinya (karena risalah dan kenabian akan berakhir).” Rasul bersabda,
وَلَكِنِ الْمُبَشِّرَاتُ
“Akan tetapi ada al-Mubasysyiraat.
Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah! Apa yang dimaksud dengan al-Mubasysyiraat?” Beliau menjawab;
رُؤْيَا الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ، وَهِيَ جُزْءٌ مِنْ أَجْزَاءِ النُّبُوَّةَ
 “(Yakni) mimpi seorang muslim (yang shalih). Dan mimpi yang benar merupakan satu bagian dari beberapa bagian kenabian.” (HR. Ahmad, III/263)
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi. Dan beliau berkata: “Shahih ghariib.”
فُضِّلْتُ عَلَى الأَنْبِيَاءِ بِسِتٍّ أُعْطِيْتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ وَأُحِلَّتْ لِيَ الغَنَائِمُ وَجُعِلَتْ لِيَ الأَرْضُ طَهُورًا وَمَسْجِدًا وَأُرْسِلْتُ إِلَي الْخَلْقِ كَافَّةً وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّوْنَ
“Aku diistimewakan atas Nabi lainnya dengan enam buah keistimewaan; (1) Aku dianugerahi jawaami’ul kalim (perkataan yang singkat dan mengandung banyak hikmah), (2) aku dimenangkan atas musuh dengan dilemparkan pada mereka perasaan takut (satu bulan perjalanan sebelum peperangan dimulai), (3) dihalalkan bagiku harta rampasan perang, (4) tanah dijadikan untukku sebagai tempat shalat dan alat untuk bersuci, (5) aku diutus keseluruh makhluk dan (6) aku menjadi penutup para Nabi.” (HR. Muslim, No. 523)

Hadits lain: Dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu. Ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda;
إِنَّ لِيْ أَسْمَاءً أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدٌ، وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللهُ تَعَالَى بِيَ الْكُفْرَ، وَأَنَا الحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي، وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ نَبِيٌّ.
“Sesungguhnya aku memiliki beberapa nama. Aku Muhammad, aku Ahmad, dan aku al-Maahi (yang menghapus); yang denganku Allah menghapus kekufuran. Aku al-Haasyir (yang mengumpulkan), semua manusia akan dihimpun setelah aku. Aku al-‘Aqib, yang berarti tidak ada Nabi lagi setelahnya. (HR. Ahmad, IV/ 80)

Hadits-hadits lainnya cukup banyak dalam masalah ini.

Allah tabaaraka wa ta’ala telah mengabarkan dalam kitab-Nya, dan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam di dalam hadits yang mutawatir pun telah menjelaskan bahwa tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam. Penjelasan ini hendak mengajarkan bahwa siapa pun orang yang mengklaim sebagai Nabi setelah beliau, maka orang tersebut dinyatakan sebagai pembohong besar, pendusta dan dajjal. Ia sesat dan menyesatkan. Umumnya ia memperkuat kesesatannya dengan berbagai macam trik-trik magic, sihir dan ilmu-ilmu hitam. Semua pengakuan mereka hanyalah kemustahilan dan kesesatan yang nyata bagi orang-orang yang berakal.

Allah telah membuktikan kesesatan beberapa Nabi palsu seperti al-Aswad al-‘Ansi di negeri Yaman dan Musailamah al-Kadzdzab di Yamamah, dengan sepak terjang mereka yang merusak dan ucapan-ucapan mereka yang sesat. Setiap orang yang memiliki akal yang sehat dan fikiran yang jernih pasti akan sepakat mengatakan bahwa mereka itu adalah pendusta yang sesat. Semoga Allah melaknat mereka.


Hal yang sama juga berlaku pada setiap manusia yang mengaku sebagi Nabi dari semenjak Nabi wafat sampai hari Kiamat yang diakhiri oleh seorang makhluk yang disebut al-masih al-Dajjal.

 Manfaat Luar Biasa dari Mizar

Jual Buku-buku Sunnah

Baca juga artikel menarik berikut ini:

Artikel Terkait

Previous
Next Post »