Waktu begitu cepat berlalu. Serasa baru kemarin kita melaksanakan shalat
Jum’at, tapi hari ini, detik ini kita kembali bersimpuh di tempat yang mulia
ini dalam rangka tunduk dan patuh kepada perintah Allohu Rabbul ‘alamiin.
Tentunya kita bersyukur kepada Alloh subhanahu wa ta’ala atas nikmat ini,
nikmat iman dan Islam yang melekat kuat dalam jiwa-jiwa kita serta nikmat
kesempatan menjadi da’i-da’i yang menyeru kepada jalan kebenaran, yaitu jalan
Islam.
Jangan remehkan nikmat yang agung ini, jangan kecilkan nikmat yang
besar ini, karena nikmat ini tidak didapatkan oleh orang-orang selain kita,
tidak didapatkan oleh orang-orang yang tidak berdakwah, lalai dari
kewajibannya. Nikmat terpilih menjadi seorang da’i takkan tergantikan oleh
kenikmatan dunia seluruhnya. Maka pertahankan ia, lakasana seorang prajurit
yang mempertahankan wilayahnya dari serangan para penjajah.
Hadirin, sidang shalat Jum’at rahimakumulloh…
Tidaklah Alloh menciptakan kita, melainkan untuk beribadah
kepada-Nya. Mungkinkah manusia mampu beribadah kepada Alloh dengan benar, jika
tak ada seorang pun yang mengajarkan bagaimana cara beribadah kepada-Nya..?
Mungkinkah manusia akan selamat dari jurang siksa Jahannam, jika tak ada da’i
yang menyeru kepada jalan kebenaran dan Surga..? Begitulah kebutuhan ummat
manusia terhadap dakwah. Mereka sangat membutuhkan agama yang hak, ajaran yang
benar serta petunjuk kepada cahaya dan jalan yang lurus, sebuah kehidupan yang
damai dan tentram. Mereka sangat membutuhkannya, melebihi kebutuhan mereka
terhadap makanan dan minuman. Bahkan lebih penting dari kebutuhan mereka terhadap
udara yang mereka hirup.
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahulloh berkata, “Sesungguhnya
menjadi kebutuhan bahkan sesuatu yang mendesak pada hari ini untuk bekerjasama,
berkongsi dan saling mendukung untuk urusan yang besar ini (yaitu dakwah),
lebih dari masa-masa sebelumnya. Karena musuh Alloh bersatu dan saling
bahu-membahu dengan segala cara untuk memalingkan orang-orang dari jalan Alloh
dan membuat keraguan dalam masalah agama.
Mereka mengajak manusia kepada apa
yang membuat mereka murtad dari Agama Alloh. Maka, wajib bagi setiap muslim
untuk menandingi kegiatan atheis ini dengan kegiatan yang Islami dan dakwah
Islamiyyah dalam segala tingkatan, dengan semua sarana dan jalan yang
memungkinkan. Dan ini termasuk menjalankan apa yang diwajibkan Alloh kepada
hamba-Nya, yakni berdakwah ke jalan Alloh.”
BEASISWA S-1
FULL.
Kaum Muslimin rahimakumulloh…
Ketahuilah bahwa dakwah adalah kewajiban agung yang dibebankan
kepada setiap muslim dari Dzat Yang Maha Agung, Allohu ‘Azza wa Jalla. Dia
berfirman:
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (١٠٤)
“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Ibnu Katsir rahimahulloh berkata dalam tafsirnya:
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةً مُنْتَصِبَةً لِلْقِيَامِ بِأَمْرِ اللَّهِ فِي الدَّعْوَةِ
إِلَي الْخَيْرِ، وَالْأَمْرِ بِالْمَعْرُوْفِ، وَالنَّهْيِ عَنِ
الْمُنْكَرِ...وَإِنْ كَانَ ذَالِكَ وَاجِبًاعَلَي كُلِّ فَرْدٍ مِنَ الأُمَّةِ
بِحَسَبِهِ
“Maksudnya, hendaklah ada di antara
kalian segolongan ummat yang menyiapkan dirinya untuk mengemban perintah dari
Alloh dalam mendakwahkan kebajikan, memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari
kemungkaran… perintah tersebut merupakan kewajiban setiap individu ummat sesuai
dengan kemampuannya masing-masing”
Berdasarkan
realita yang ada, yang saat ini kita alami, terjadi di tengah-tengah ummat ini,
yaitu إنْتِشَارُ الجَهلِ (tersebarnya
kebodohan) وَكَثْرَةُ الفَسَدِ (dan
banyaknya kerusakan), maka hukum dakwah adalah fardhu ‘Ain bagi setiap individu
muslim sesuai dengan kemampuannya. Syaikh Abdul ‘Aziz bin Bazz rahimahulloh pun mengatakan:
“Ketika jumlah para da’i minoritas, di sisi yang lain كَثْرَةٌ مُنْكَرَات (tersebar
kemungkaran) –tidak imbang antara da’i yang berdakwah dan kemungkaran yang
tersebar luas- ditambah lagi kebodohan justru mendominasi kaum muslimin
sekarang ini, maka تَكُونُ
الدَّعْوَةُ فَرْضُ عَيْنٍ عَلَي كُلِّ وَاحِدٍ بِحَسْبِ طَاقَتِه (maka menjadi da’wah adalah fardhu ‘ain/wajib atas setiap individu
sesuai dengan kemampuan)”
Hadirin, Jama’ah Shalat Jum’at rahimakumulloh…
Alloh telah mewajibkan amal dakwah kepada hamba-Nya, maka Dia-pun
telah mempersiapkan balasan terbaik bagi para pelaksananya. Rasululloh
shollallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
فَوَاللهِ
لأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلًا وَحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ
حُمْرٌ النَّعَمْ
“Demi Alloh, sesungguhnya Alloh memberi hidayah kepada satu
orang melaluimu, adalah lebih baik dari pada kamu memiliki unta merah” (HR.
Bukhari dalam kitab al-Jihad 6/211 no. 2942)
Demi Alloh, menjadi perantara hidayah bagi orang lain adalah lebih
baik daripada harta terbaik yang ada di alam raya ini. Tidakkah kita tergerak
untuk itu, wahai pemuda Islam..??
Saudaraku, kaum Muslimin rahimakumulloh..
Jika kita tak tergerak, tidak termotivasi dengan semua itu, maka
paling tidak malulah kita kepada para misionaris yang berjuang dengan gigih
menyeret manusia ke dalam lembah-lembah Jahannam. Seseorang yang tidak
disebutkan namanya mengisahkan: “Saya pergi ke Afrika dan menjelajahi di antara
pepohonan dan hutannya, pemandangan indah dan alam yang membuat orang tidak
bosan memandangnya. Di tengah hutan yang lebat itu saya melihat bangunan tinggi
yang megah.”
Terlintas dalam benak saya bahwa itu adalah sebuah istana milik
penguasa setempat atau orang yang kaya di antara mereka. Tetapi dugaan saya
keliru. Setelah saya mendekat, ternyata jelas bahwa itu sebuah gereja. Gereja
itu dikelola oleh seorang misionaris tua yang usianya hampir delapan puluh
tahun. Ia hidup di sebuah kamar kecil di pojok gereja yang ukurannya tidak
sampai dua puluh meter persegi di tengah-tengah keterasingan dan hutan lebat
yang penuh dengan binatang buas, pencuri dan perampok. Di dalam kamar tersebut
tidak terdapat perabotan modern seperti yang kita miliki. Tidak terdapat
telepon, listrik, air atau apa saja yang biasa disaksikan oleh mata kita
sehari-hari.
Bangunan mewah itu adalah gereja yang digunakannya untuk berdakwah
setiap pagi dan sore. Saya bertanya pada diri saya, “Apa yang mendorong
misionaris ini tinggal di kamar yang berada di tengah ancaman binatang buas
yang membahayakannya dan di tengah ketakutan selama empat puluh tahun..?”
Jawabannya ada pada semangat keimanan Anda dan akal Anda yang cerdas.
Saudaraku, kaum Muslimin rahimakumulloh…
Dalam kisah yang lain, seorang da’i menceritakan apa yang pernah
dia lihat dan dia dengar. Ia berkata, “Saya pernah berkeliling di salah satu
desa di Afrika. Di tengah perkampungan yang sangat terpencil, yang sangat
membutuhkan bantuan lantaran banyaknya penyakit menular, saya melihat seorang
wanita tua –bukan seorang laki-laki atau pun pemuda‒ usianya sudah mencapai
enam puluh tahun. Ia hidup bersama penduduk kampung, seakan-akan ia merupakan
bagian dari mereka.”
Apabila dilihat dari wajah dan warna kulitnya, membuktikan bahwa ia
adalah kelahiran Eropa, namun menetap dan besar di sana. Saya tahu bahwa ia
datang ke desa itu untuk program kristenisasi dan mengajak orang-orang menganut
agama yang batil. Saya heran dengan perjuangan dan pengorbanannya yang jarang
didapatkan pada kebanyakan da’i muslim. Saya mencoba menyampaikan sebuah
pertanyaan sindiran walaupun itu tidak berguna. Saya berkata kepadanya, sekedar
ingin tahu, “Kapan Anda kembali ke negara Anda dan meninggalkan daerah ini?”
Tapi saya dikejutkan oleh jawabannya yang seperti dentuman meriam, dia
mengatakan, “Kuburankan akan berada di sini!”
Hadirin jama’ah shalat Jum’at, para pemuda Islam rahimakumulloh…
Kisah-kisah tersebut bukanlah isapan jempol belaka yang tak ada
bukti nyatanya. Bukankah kita telah menyaksikan di media-media sosial dan media
elektronik kita, beberapa bulan yang lalu di Jakarta, para misionaris, pembawa
misi kristenisasi memafaatkan car free day untuk melancarkan aksi mereka.
Mereka mencoba menjerat semua orang yang ada di sana pada saat itu, mulai dari anak-anak
muda, remaja sampai kepada orang yang paling tua, nenek-nenek berkerudung pun
menjadi sasarannya. Jika kita diam tak bergerak
untuk menyelamatkan ummat dari misi besar mereka, maka ummat akan
digiring untuk murtad menuju agama-agama batil dan sesat.
بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعْنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْم، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وِلَكُمْ
KHUTBAH II
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumulloh…
Jadilah da’i-da’i yang menyeru kepada Alloh dengan semangat yang
tinggi karena Alloh. Teladanilah para pendahulu kita dalam menjalankan misi
dakwah yang suci ini. Bersabarlah dalam mengarunginya, sebagaimana sabarnya
para Nabi dan Rusul ulul ‘azmi. Banggalah dalam menjalankan tugas ini
sebagaimana berwibawanya Rib’y bin Amir ketika menghadap Rustum raja Persia,
seraya mengatakan, “Alloh memerintahkan kepada kami untuk mengeluarkan siapa
saja dari penghambaan sesama manusia menuju peribadahan kepada Alloh semata.
Dari sempitnya dunia menuju kepada keluasannya. Dari kezhaliman agama-agama
menuju kepada keadilan Islam. Dia mengutus kami dengan agama-Nya agar kami
mendakwahkannya kepada seluruh ummat manusia. Barangsiapa yang menerimanya,
maka kami menerima darinya dan kami tidak akan mengganggunya. Namun barangsiapa
yang enggan, maka kami akan memerangi mereka selamanya hingga kami sampai
kepada apa yang dijanjikan Alloh.” “Surga bagi mereka yang gugur dalam
memerangi siapa yang enggan dan kemenangan bagi mereka yang masih hidup.”
Semoga Alloh Dzat Yang Membolak-balikkan hati, menetapkan hati kita
di atas jalan yang hak ini dan mengistiqomahkannya hingga ajal mengakhiri hidup
kita.
EmoticonEmoticon