Baru-baru
ini dunia maya ramai dipenuhi pemeo, gambar kata yang menyinggung para pemuda muslim.
Maksud dari pameo tersebut adalah sebagai sindirian agar mereka tidak melupakan
masjid sebagai simbol peribadahan ummat Islam. Pemeo itu berbunyi “Pemuda
sekarang hebat-hebat, gunung didaki, lautan diseberangi, masjid dilewati.”
Makna daripada sindiran tersebut, bahwa untuk mendaki gunung dan menyeberangi
lautan saja bisa, tapi mengapa mereka tidak sanggup untuk mendatangi masjid
yang jaraknya tidak sejauh gunung dan lautan? Ada juga yang mengatakan, “Main
futsal selama satu jam sanggup berlari, tapi untuk pergi ke masjid yang hanya
100 meter, tidak sanggup.”.
Minimnya
kesadaran para pemuda Islam untuk mencintai masjid adalah karena kurangnya
pengetahuan tentang keutamaan orang-orang yang mengunjungi masjid untuk
beribadah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala. Pengetahuan yang minim akan
mempengaruhi iman yang ada. Ketika iman tidak terbangun, maka amal pun tidak
akan terwujud. Maka perlu kiranya setiap pemuda muslim untuk senantiasa
menambah ilmu dan amalnya.
Begitu
banyak sanjungan dan janji-janji kebaikan dari Alloh subhanahu wa ta’ala
yang ditujukan kepada pemuda shalih yang tumbuh dan berkembang dalam
peribadahan kepada Alloh subhanahu wa ta’ala. Hati dan jasad mereka
selalu terpaut dengan masjid. Setiap saat selalu merindukan masjid untuk
beribadah di sana. Shalat berjama’ah, tilawah Al Qur’an, menghafal Al Qur’an,
menuntut ilmu, dan lain sebagainya. Hasilnya adalah Alloh akan berikan pahala
yang besar berupa naungan pada hari Kiamat, yang pada saat itu tidak ada
naungan selain naungan dari Alloh
subhanahu
wa ta’ala. Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ تَعَلَي فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا
ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ، إِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ
قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِيْ اللهِ
اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ
مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِي أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ
فَأَخْفَاهَا حَتَّي لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ
ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَضَتْ عَيْنَهُ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah pada hari
yang tidak ada naungan kecuali naungan dari Allah, yaitu: pemimpin yang adil, pemuda
yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya terpaut dengan
masjid, dua orang yang saling mengasihi karena Allah, mereka bertemu dan
berpisah di jalan Allah, seorang laki-laki yang dipanggil oleh seorang wanita
yang memiliki nasab dan kecantikan lalu berkata, ‘Saya takut kepada Allah’,
seorang yang bersedekah dengan rahasia sehingga tangan kirinya tidak tahu apa
yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seorang yang mengingat Allah dikala
sendirian lalu mencucurkan air matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang
pemuda muslim yang tumbuh dalam peribadahan kepada Alloh, jiwanya senantiasa
terpaut dengan masjid sangat layak mendapat pahala besar yang dapat
menyelamatkannya pada hari yang sangat menakutkan, hari Kiamat. Semua itu
karena beratnya kondisi pada masa muda, dimana masa itu adalah masa yang sangat
labil, mudah sekali terpengaruh oleh pemikiran dan perilaku buruk yang sedang
berkembang. Godaan yang datang menghampirinya silih berganti bagai gelombang
lautan, susul menyusul. Ketika sang pemuda tidak terpengaruh oleh lingkungan
jahiliyahnya, maka ia pantas untuk mendapatkan fadhilah yang agung dari Dzat
Yang Maha Agung. Naungan pada hari Kiamat akan menjadi anugerah yang sangat
besar baginya.
Namun
untuk mendapat keutamaan yang sangat besar itu, tidak bisa diraih dengan cara
yang mudah. Harus diawali dengan azam yang kuat, niat yang ikhlas dan
bermujahadah dalam membangun amal-amal shalih. Wallohu a’lam bishowab
EmoticonEmoticon