Yang
bisa membunuh kita salah satunya adalah perbuatan menunda-nunda. Orang-orang bijak berkata, “ Barangsiapa
menanam benih ‘nanti’ akan tumbuh sebuah tanaman yang bernama ‘mudah-mudahan’,
yang memiliki buah namanya ‘seAndainya’,
yang rasanya adalah ‘kegagalan dan
penyesalan’”.
Jadi,
apabila Anda melihat seorang pemuda yang mengatakan, “Nanti, nanti,” maka
cucilah kedua tangan Anda dari dirinya. Ketahuilah bahwa ia nanti
berganti-ganti tempat.
Saya kenal beberapa pemuda sejak empat
lima tahun yang lalu. Setiap kali saya katakan kepada meraka, “Tidakkah kamu
menghafal Al-Qur’an?” Ia katakan, “ akan saya hafalkan nanti, insya Alloh.
“Kalaulah perang dunia ketiga berlangsung pasti Al-Qur’an masih belum
dihafalnya juga.
Ia katakan
di waktu- waktu sekolah, “Ini waktu sekolah. Saya tidak bisa menghafal
Al-Qur’an, karena saya sibuk dengan sekolah.” Lalu ketika tiba masa liburan
musim panas ia katakan, “Sekarang saya mulai piknik dan ingin menengangkan
hati. Bukankah sesungguhnya ada hak yang mesti kamu penuhi untuk jiwamu?”
Ketika
selesai liburan dan tiba lagi liburan musim semi ia katakan, “Liburan ini ke
Makkah untuk umrah.” Ketika liburan selesai dan tiba waktu sekolah menjelang
ujian, ia katakan, “Sekarang ini untuk mengulang dan persiapan pelajaran.”
Coba analogikan hal itu!
Disebutkan
oleh Ibnu Mubarok dalam kitab Az-Zuhd bahwa ada sebagian ulama tabi’in yang
mengatakan, “Ketika sakaratul maut datang, kata-kata ‘nanti’ pasti akan membuat
kalian menyesal.”
Alloh SWT mengungkapkan aib musuh-musuh-Nya di dalam Al-Qur’an.
Firman-Nya:
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) Makan dan
bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), Maka kelak mereka
akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (Al-Hijr: 3)
Sebagian
ahli tafsir mengatakan, “Sebab, mereka dulunya selalu menggunakan kata-kata
‘nanti.” Artinya, nanti akan saya lakukan, nanti akan saya hafal, nanti akan
saya pelajari. Alloh balas mereka dengan hal serupa.
Yang
mengherankan, banyak di antara pemuda yang komitmen terhadap agama, namun tidak
cermat mengatur waktu.
Sekarang,
bisa jadi Anda tiba-tiba didatangi seorang pemuda lalu Anda duduk bersamanya. Anda
pun mengharapkan pemuda itu berbicara dengan Anda tentang tema penting yang
membawanya datang menemui Anda. Namun ia sendiri tidak bertanya.
Anda
bertanya tentang keluarganya, tentang musim hujan di kampungnya, tentang
kabarnya, tentang penghasilannya, kapan ia akan menikah. Anda melontarkan dua
puluh pertanyaan kepadanya dan menanti-nanti kapan Anda diberinya pertanyaan
yang mengingatkannya. Akhirnya setelah shalat Maghrib, ia baru memberitahu Anda
bahwa kunjungan itu adalah karena Alloh.
Ia
mengunjungi Anda setelah Ashar karena Alloh, setelah Maghrib karena Alloh,
makan siang di tempat Anda karena Alloh, makan malam di tempat Anda karena Alloh.
Tidur di rumah Anda pun karena Alloh.
Cinta
karena Alloh seharunya dijalankan menurut syariat. Setiap orang tidak dibiarkan
menafsirkannya menurut hawa nafsunya sendiri.
Karenanya,
apabila kita ingin mengunjungi saudara kita, sepatutnya memilih waktu yang
sesuai dan memberitahukan orang yang akan dikunjungi. Supaya ia bisa
bersiap-siap menyambut kedatangan kita.
Alloh
menyebut tiga waktu yang tidak boleh berkunjung ketika itu,
“Hai orang-orang yang
beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan
orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali
(dalam satu hari) Yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan
pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga
'aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain
dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan)
kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Alloh menjelaskan ayat-ayat bagi
kamu. dan Alloh Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (An-Nuur: 58)
Sepatutnya
kita tidak menyia-nyiakan kunjungan jika tidak ada manfaatnya, dan seharusnya
juga tidak mencuri sebagian besar waktu kita.
Alloh
SWT berfirman, “ Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya kami
menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami?.” (Al- Mukminun: 15)
Nabi
Muhammad SAW bersabda,
نِعْمَتَانِ مَاغْبُوْنٌ
فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِّنَ النَّاسِ الصِّحَةُ وَالْفَرَغ
“ Ada
dua nikmat yang kebanyak orang tertipu karenanya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari).
Hadits di atas menjadi peringatan untuk ummat manusia bahwa kita harus memanfaatkan dua nikmat besar yang Alloh berikan kepada hamba-hamba-Nya yaitu nikmat badan sehat dan nikmat waktu luang. Terkadang seseorang memiliki badan sehat tetapi tidak memiliki waktu luang dan terkadang seseorang memiliki waktu luang tapi tidak memiliki badan sehat. Maka selagi nikmat-nikmat itu ada pada diri kita, kita mafaatkan sebaik mungkin sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang "maghbunun", yakni orang-orang yang terpedaya.
Rosululloh shollallohu 'alayhi wa sallam bersabda:
عَنْ أَبِي
بَرْزَةَ الأَسْلَمِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا
أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ
وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلاَهُ.
Dari Abu
Barzah al-Aslami ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda, “Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser di hari kiamat hingga
ditanya tentang umurnya dipergunakan untuk apa, tentang ilmunya sudahkah
diamalkan, tentang hartanya dari mana didapatkan dan dipergunakan untuk apa,
serta tentang tubuhnya dipergunakan untuk apa?”. (HR. Tirmidzi).
EmoticonEmoticon