“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman
kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (Al Kahfi: 13)
Orang-orang kafir Quraisy berkumpul di Baitullah Al-Haram.
Ketika itu, sang Rasul pembawa hidayah telah diutus. Salah seorang di antara
mereka bertanya, “Apa pendapat kalian tentang orang yang menyangka bahwa
dirinya Nabi ini?”
An-Nadhr bin Al-Harits berkomentar, “Sebaiknya kita pergi ke
orang-orang Yahudi di Madinah, lalu kita minta dari mereka beberapa pertanyaan
yang nanti akan kita hadapkan di hadapan orang itu. Jika ia benar, kita akan
mengikuti dia. Tapi jika ia berdusta, kita akan usir dia.”
Orang-orang kafir Quraisy pun berkata kepada An-Nadhr,
“Pergilah beserta Uqbah bin Abu Mu’ayyath!”
Lalu kedua orang pendosa, lalim, zhalim, dan yang mendustai
Nabi ini berangkat menuju rahib-rahib Yahudi di Madinah. Mereka pun
menceritakan kepada rahib-rahib itu berita kenabian Sang Nabi pilihan, Muhammad
shollallohu ‘alayhi wa sallam. Mereka berkata, “Terangkan kepada kami suatu hal
yang terdapat dalam kitab-kitab kalian, sehingga kita bisa bertanya tentang
orang itu. Jika ia benar, kami akan mengikutinya. Namun jika ia berdusta, maka
kami akan mengusirnya.”
Rahib-rahib Yahudi berkata, “Ketika kalian kembali
menemuinya di Makkah, tanyakan kepadanya tiga hal:
1. Tanyakan kepadanya beberapa orang pemuda yang ditelan
masa dan beberapa anak muda di zaman dahulu yang melarikan diri, ke mana mereka
pergi dan di mana meraka bersembunyi?
2. Tanyakan kepadanya tentang salah seorang raja yang
mengusai dunia dari timur sampai barat.
3. Tanyakan kepadanya tentang ruh.”
Mereka pun pulang dan berkumpul di depan Rosululloh
shollallohu ‘alayhi wa sallam. Lalu mereka berkata, “Kami bertanya kepadamu
tiga hal.” Nabi berkata, “Tanyalah segala yang yang terlintas dalam benak
kalian!”
Mereka lalu bertanya kepadanya tentang para pemuda, sang
raja, dan ruh. Nabi menjawab, “Nantikan jawabanku sampai besok! Besok akan
kuberitahukan kalian.” Nabi tidak mengucapkan insya Alloh.” Kalaulah diucapkan
“Insya Alloh”, tentu jibril besoknya turun membawa wahyu dari langit. Keesokan
harinya orang-orang kafir Quraisy itu berkumpul dan memanggilnya. Nabi Muhammad
shollallohu ‘alayhi wa sallam datang dengan rasa segan, malu, sedih, dan
berduka. Sebab, wahyu belum datang kepadanya dikarenakan beliau belum
mengucapkan “Insya Alloh.”
Lalu Nabi berkata, “Nantikanlah jawabanku!” Orang-orang
kafir Quraisy itu pun mengolok-olok Nabi
selama lima belas hari.
Setelah lima belas hari, Jibril turun dari langit membawa
firman Alloh. Marilah kita dengarkan bersama ketika Alloh Subhanahu Wa
Ta’ala memberitahukan kepada kita dan menjawab tiga pertanyaan tadi.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua
dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang
mengherankan. (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke
dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada
Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu,
kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua
golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal
(dalam gua itu).” (AL-Kahfi: 9-12)
Tentang makna raqim, sebagian ahli tafsir mengartikan nama
anjing, dan sebagian yang lain mengartikan batu bersurat (prasasti). Ibnu
Katsir mengomentari hal ini, “Ini merupakan ringkasan ceritanya. Penjelasan
akan ada.”
Sesungguhnya mereka adalah beberapa orang pemuda yang pernah
hidup pada suatu masa zaman seorang raja yang atheis dan zalim. Lalu ketika ada
semacam festival, pemuda-pemuda ini keluar, bersujud kepada berhala-berhala,
dan bertaqarub kepada batu-batu yang tidak bisa memberikan manfaat dan bahaya
apa pun.
Alloh ingin menghidupkan hati pemuda-pemuda ini. Lalu,
seorang pemuda di antara mereka yang usianya sekitar usia baligh datang seraya
berkata, “Perbuatan seperti ini adalah bohong dan dusta belaka; mengada-ada
terhadap Alloh kalau kita menyembah patung-patung ini. Karena, siapa yang
meninggikan langit? Siapa yang membentangkan bumi? Siapa yang menjadikan
planet-planet bercahaya? Siapa yang menciptakan bintang-bintang kalau bukan
Alloh?”
Lalu pemuda tersebut bersembunyi di bawah naungan sebuah
pohon. Kemudian temannya datang menemuinya. Alloh telah menebarkan keimanan di
hati temannya itu sama seperti ketika Alloh menebarkan keimanan di hati kawan
kita ini. Datang pula yang ketiga, keempat, sampai jumlah mereka jadi tujuh.
Maka, mereka sependapat mengatakan bahwa perbuatan ini
adalah sesat. Mereka berkata,”Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia
sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). mengapa mereka tidak mengemukakan alasan
yang terang (tentang kepercayaan mereka). Siapakah yang lebih zalim daripada
orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Alloh?.” (Al-Kahfi: 15)
Lantas, ketika mengasingkan diri dari kaumnya dan yang
disembah kaumnya selain Alloh itu, Alloh memberikan mereka “kemenangan yang
nyata.”
Alloh berfirman, “Dan apabila kamu meninggalkan mereka
dan apa yang mereka sembah selain Alloh, Maka carilah tempat berlindung ke
dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu
dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.” (Al-Kahfi:
16)
Sungguh mengagumkan! Gua menjadi terasa lebih luas daripada
istana, labih luas dari rumah mewah, taman, lapangan, serta arena manapun.
Sebab, dalam istana dan rumah mewah tidak terdapat keimanan, sehingga
istana-istana itu terasa gelap dan kosong. Mereka pun pergi dan masuk ke dalam
gua. Lalu anjing sang raja mengikuti mereka.
Anjing, apabila bersama orang-orang yang baik, maka ia akan
menjadi terhormat. Sedangkan orang terhormat, apabila bersama orang-orang yang
buruk, maka ia akan menjadi anjing. Anjing itu pun masuk dan hanya duduk di
samping pintu gua, menjaga mereka. Sebab malaikat tidak akan memasuki rumah
yang di dalamnya ada anjing. Sementara pemuda-pemuda itu telah diteguhkan Alloh
hati mereka setelah meninggalkan keluarga dan orang-orang yang dicintai.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan Kami meneguhkan
hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami
adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan
selain Dia, Sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang
amat jauh dari kebenaran". (Al-Kahfi: 14)
Kemudian pemuda-pemuda itu berbicara tentang tauhid
seolah-olah mereka sedang berada dalam satu pengajian ilmiah. Lantas mereka
berkata,”Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan
(untuk disembah). mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang
kepercayaan mereka). Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Alloh?.” (Al-Kahfi: 15). Artinya, tidak
ada yang lebih zalim daripada orang yang menjadikan Ilah selain Alloh untuk
disembah.
Lalu mereka selesai untuk berbincang-bincang, Alloh
menebarkan rasa ingin tidur kepada meraka. Lantas mereka pun tidur.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman,”Dan kamu mengira
mereka itu bangun, padahal mereka tidur” (Al- Kahfi: 18). Mata mereka
terbuka tiga ratus sembilan tahun. SubhanAlloh!
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan Kami
balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri.” (Al-Kahfi: 18). Agar tidak dimakan
tanah, dan jasad mereka tidak rusak. “Sedang anjing mereka mengunjurkan kedua
lengannya di muka pintu gua.” (Al-Kahfi: 18)
Perhatikanlah peristiwa tersebut, betapa indahnya deskripsi
yang ditampilkan.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan jika kamu
menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan
diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.”
(Al-Kahfi: 18), Karena begitu hebatnya pemandangan itu.
Di antara kemahabijaksanaan Alloh subhanahu wa ta’ala, ia
menyembunyikan para pemuda itu dari siapa saja yang ingin mencari mereka, baik
itu keluarga, saudara-saudara, maupun sanak famili mereka.
Mereka tetap dalam kondisi seperti itu selama tiga ratus
sembilan tahun. Sehingga, ketika berakhir masa yang telah ditentukan oleh
Alloh, mereka pun bangun dan duduk.
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman, “Dan Demikianlah
Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri.
Berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada (di
sini?)". mereka menjawab: "Kita berada (di sini) sehari atau setengah
hari.”(Al-Kahfi: 19). Jadi, paling lama menurut mereka sehari penuh atau
bahkan merasa setengah hari.
Para ulama berkata, “Mereka tidur pada waktu pagi dan bangun
setelah waktu Ashar. Sehingga mereka menyangka hanya satu hari.”
Mereka berkata, “Maka suruhlah salah seorang di antara kamu
untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini.” (Al-Kahfi: 19), supaya
kita dibelikannya makanan dari pasar.
Mereka itu pintar sehingga berkata, “…dan hendaklah ia
berlaku lemah-lembut.” (Al-Kahfi: 19). Maksudnya supaya tidak mengundang
perhatian.
Lalu, salah seorang di antara mereka pergi dengan membawa
uang yang dicetak di enam raja sebelumnya. Kota, jalan-jalan, kawasan, lorong-lorong,
mata uang, dan orang-orang telah berubah. Masuklah ia ke kota. Ketika
menyaksikan perubahan kota itu, ia bertanya-tanya, “Apakah saya sudah sadar
atau masih tidur?” Dilihatnya sekelompok orang yang menjual makanan, lalu ia
berkata, “Berikan saya makan dan ambil uang ini!”
Orang-orang berkata, “Uang ini dicetak di masa Raja
Diqyanus, tiga ratus sembilan tahun yang lalu. Kamu datang dari mana?”
Dijawabnya, “Saya di masa Raja Diqyanus. Baru sehari saya lewati.” Orang-orang
tadi katakan, “Bohong kamu. Kamu gila!”
Lalu orang-orang berkumpul, sampai diadukan kepada raja.
Akhirnya mereka baru tahu duduk perkaranya. Mereka pun pergi ke gua itu. Ketika
mereka melihat-lihatnya, pemuda yang membeli makanan tadi berkata, “Tunggu
sebentar, biar saya masuk gua dulu dan memberitahukan yang lain supaya mereka
bersiap-siap menyambut raja.”
Masuklah pemuda itu menemui yang lainnya. Lalu Alloh
mencabut nyawa mereka, lantas mereka pun mati.
Kemudian sang raja beserta para pengiringnya masuk.
Dilihatnya mereka sudah mati. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman, “…agar
manusia itu mengetahui, bahwa janji Alloh itu benar, dan bahwa kedatangan hari
kiamat tidak ada keraguan padanya. ketika orang-orang itu berselisih tentang
urusan mereka, orang-orang itu berkata: "Dirikan sebuah bangunan di
atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka"
(Al-Kahfi: 21).
Mereka adalah para pemuda yang memperoleh hidayah Alloh.
Mereka mendapatkan hidayah di gua, mereka tidak mendapatkan hidayah itu pada
jabatan, kekayaan, ataupun anak.
Dalam kisah para pemuda ini terdapat beberapa hikmah yang
penting buat muslimin masa kini, yaitu:
Pertama, Alloh tidak memberitahukan kepada kita
rincian-rincian mendetail tentang kisah tersebut seperti warna anjing, namanya,
dan lain-lainnya. Sebab, hal ini termasuk faktor yang bisa menghabiskan waktu.
Dalam hal ini terdapat peringatan kepada kaum muslimin agar tidak disibukan
oleh hal-hal yang tidak penting mereka ketahui dan tidak ada manfaatnya di
dunia maupun akhirat.
Kedua, peringatan untuk Rosululloh shollallohu
‘alayhi wa sallam (dan juga untuk kita) agar tidak memastikan melakukan sesuatu di masa mendatang
kecuali setelah mengaitkan hal itu dengan ucapan “Insya Alloh” (jika Alloh
menghendaki). Karena, di dalam surat Al-Kahfi ini juga Alloh subhanahu wa
ta’ala berfirman,
“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: "Sesungguhnya
aku akan mengerjakan ini besok pagi,,”kecuali (dengan menyebut) “insya Alloh.”
(Al-Kahfi: 23-24)
Hal ini, merupakan peringatan, terlebih untuk seorang muslim
biasa seperti kita.
Ketiga, sempit dan luasnya dunia tak ada kaitannya
dengan tinggal di istana serta rumah mewah. Namun, sempit dan luasnya dunia ada
di hati. Bisa jadi seseorang tinggal di istana yang luas, tetapi hatinya lebih
sempit dari lobang jarum.
Bisa jadi orang lain yang tinggal di gua atau rumah sempit,
namun dada dan jiwanya lebih luas dari gurun pasir.
Keempat, keimanan itu dicari. Orang yang mencarinya
tentu akan mendapatkannya. Iman tidak ada kaitannya dengan kerajaan,
perdagangan dan urusan-urusan dunia lainnya. Alloh subhanahu wa ta’ala
berfirman, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.” (Al-Ankabut:
69)
Kelima, menghindari diri dari fitnah adalah hal yang
diperintahkan kepada orang mukmin. Oleh karena itu, jelas diriwayatkan dari
Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam bahwa beliau bersabda,
“Diperkirakan bahwa yang terbaik untuk seseorang adalah menggiring sekumpulan
kambing ke puncak bukit dan daerah-daerah yang sering turun hujan. Ia melarikan
diri dari berbagai fitnah demi menyelamatkan agamanya.” (HR. Al-Bukhari nomor:
19 dan 3300)
Keenam, agama ini disampaikan melalui wahyu, bukan
hikayat, cerita-cerita dongeng ataupun khurofat. Agama ini tidak menyeru kita
untuk taqlid.
Inilah beberapa hikmah dari kisah yang begitu menakjubkan.
Siapa saja yang sering menghayatinya, akan ada banyak hasil dari “harta
terpendam” yang diperolehnya. Silahkan disebarkan kepada saudara kita yang lain. Semoga kita semua mendapat pahala di sisi Allah subhanahu wa ta'ala. Aamiin..
Baca juga artikel menarik lainnya:
EmoticonEmoticon