Ada beberapa perkara
yang dianjurkan untuk berwudhu sebelum kita mengerjakan perkara itu (jika itu
suatu amalan) dan setelah kita mengalaminya (jika itu adalah sebab). Anjuran di
sini berarti tidak wajib, hanya saja lebih utama jika dikerjakan. Berikut ini
beberapa perkara yang dianjurkan untuk berwudhu:
1.
Ketika
berdzikir kepada Alloh subhanahu wa ta’ala
Termasuk
di dalam semua bentuk dzikir, seperti membaca al-Qur’an, thawaf dan selainnya.
Dianjurkan
berwudhu untuk perkara di atas. Dasarnya adalah hadits al-Muhajir bin Qanfadz,
ia memberi salam kepada Nabi shalallohu ‘alayhi wa sallam ketika beliau
sedang berwudhu, dan beliau tidak menjawab salamnya hingga selesai berwudhu.
Kemudian beliau menjawabnya seraya mengatakan:
إِنَّهُ
لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ أَرُدَّ عَلَيْكَ إِلَّاأَنِّي كَرِهْتُ أَنْ أَذْكُرَ
اللهَ إِلَّا عَلَي طَهَارَةٍ
“Tidak ada yang mencegahku untuk
menjawab (salam)mu, namun aku tidak suka menyebut nama Alloh kecuali dalam
keadaan suci.”
(HR. Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Ad-Darimi, dan Ahmad. Hadits ini shahih)
Walau
hal itu bukan suatu keharusan, karena Nabi shalallohu ‘alayhi wa sallam
selalu mengingat Alloh dalam segala keadaan.[1]
2.
Ketika hendak tidur
Diriwayatka dari al-Bara’ bin ‘Azib,
ia berkata, Nabi shalallohu ‘alayhi wa sallam bersabda:
إِذَا أَتَيْتُ
مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوْءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَي شِقِّكَ
الأَيْمَنِ ثُمَّ قُلْ: اللهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ
“Jika engkau mendatangi
pembaringanmu, maka berwudhulah seperti engkau berwudhu untuk shalat. Kemudian berbaringlah
pada bagian tubuhmu yang sebelah kanan, lalu bacalah, ‘Yaa Alloh, aku berserah
diri kepada-Mu.’”
(HR. Bukhari, Muslim dan selain keduanya)
3.
Bagi orang yang junub ketika hendak makan, minum, tidur
atau kembali berjima’
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallohu
‘anha, ia berkata, “Nabi shalallohu ‘alayhi wa sallm apabila
junub lalu hendak makan atau tidur, maka beliau berwudhu seperti wudhu untuk
sholat.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan
selain mereka)
Diriwayatkan dari Abu Sa’id radhiyallohu
‘anhu, dari Nabi sholallohu ‘alayhi wa sallam, beliau bersabda:
إِذَا أَتَي أَحَدُكُمْ أَهْلُهُ
ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يَعُوْدَ فَلْيَتَوَضَّأْ
“Jika salah seorang dari kamu
mendatangi istrinya, kemudian hendak mengulanginya kembali, maka hendaklah ia
berwudhu.” (HR.
Muslim, Abu Daud, at-Tirmdizi dan an-Nasa’i, shohih)
4.
Berwudhu sebelum mandi
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallohu
‘anhu, ia berkata, “Apabila Rasululloh sholallohu ‘alayhi wa sallam
mandi jinabat, beliau mulai dengan mencuci kedua tangannya, lalu menuangkan air
dengan tangan kanannya pada tangan kirinya, lalu mencuci kemaluan beliau, lalu
berwdhu seperti wudhu untuk sholat.” (HR. Bukhari dan Muslim dan selain
keduanya, shohih)
5.
Berwudhu setelah memakan makanan yang dimasak dengan api
Dasarnya adalah sabada Nabi sholallohu
‘alayhi wa sallam:
تَوَضَّئُوا مِمَّا مَسَتِ النَّارُ
“Berwudhulah kalian setelah memakan
makanan yang dimasak dengan api.” (HR. Muslim, Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu
Majah)
Perinath
di sini untuk istihbab (anjuran, sunnah), berdasarkan hadits ‘Amru bin
Umayyah adh-Dhamri, ia mengatakan, “Aku melihat Nabi sholallohu ‘alayhi wa
sallam menyayat daging dari pundak kambing lalu memakannya. Kemudian sholat
diserukan, maka beliau bangkit dan meletakkan pisau, kemudian beliau sholat dan
tidak berwudhu.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)
6.
Memperbarui wudhu setiap kali hendak sholat
Dasarnya adalah hadits Buraidhah radhiyallohu
‘anhu, ia mengatakan, “Rasululloh sholallohu ‘alayhi wa sallam
berwudhu setiap kali hendak sholat. Pada hari penaklukan Mekkah, beliau
berwudhu dan mengusap kedua sepatunya, serta mengerjakan beberapa sholat dengan
sekali wudhu saja.” (HR. Muslim, Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu
Majah)
7.
Berwudhu setiap kali batal wudhunya
Berdasarkan hadits bilal radhiyallohu
‘anhu, Nabi mendengar suara terompah bilal di hadapan beliau di Surga,
beliau lalu bertaya, “Dengan amalan apakah engkau mendahuluiku kepadanya?”
Bilal lalu menjawab, “Wahai Rasululloh, tidaklah aku mengumandangkan adzan,
melainkan aku sholat dua raka’at setelahnya. Dan tidaklah aku terkena hadats,
kecuali aku berwudhu setelahnya.” Mendengar hal itu beliau mengatakan, “Karena inilah”[2]
8.
Berwudhu karena muntah
Dasarnya adalah hadits Ma’dan bin
Abu Tholhah dari Abu Darda, “Rosululloh sholallohu ‘alayhi wa sallam
pernah muntah, lalu beliau berbuka dan berwudhu.” Kemudian aku bertemu dengan
Tsauban di masjid Damaskus, lalu aku menyebutkan hadits ini kepadanya, maka ia
mengatakan, “Ia (Abu Darda) benar. Akulah yang menuangkan air wudhu itu untuk
beliau.” (HR. At-Tirmidzi, Abu Daud, dengan sanad shohih)
EmoticonEmoticon