MUKJIZAT NABI ISA SAAT MASIH KECIL

Februari 11, 2017
Wahab bin Munabbih menyebutkan, kala berhala-berhala runtuh saat itu di belahan Timur dan Barat bumi, para setan bingung karena kondisi tersebut, hingga raja Iblis mengetahui berita tentang Isa. Mereka mendapati Isa berada dalam buaian ibunya, sementara malaikat menatapnya dengan tajam. Saat itu mucul bintang besar di langit yang dikhawatirkan oleh Raja Persia, ia akhirnya bertanya kepada para dukun tentang tentang munculnya bintang tersebut, mereka lalu mengatakan, “Bintang ini pertanda lahirnya seorang bayi agung di bumi.” Raja Persia kemudian mengirim para utusan dengan membawa emas, sayuran, dan susu untuk dihadiahkan kepada Isa.

Saat tiba di Syam, mereka ditanya raja setempat tentang maksud kedatangan mereka. Mereka mengutarakan kejadian sebenarnya. Raja Syam kemudian menanyakan hal itu, dan ternyata Isa putra Maryam telah dilahirkan di Baitul Maqdis. Beritanya menyebar luas karena sang bayi bisa berbicara saat masih berada dalam buaian. Raja Syam mengutus seseorang untuk menunjukkan tempat Isa agar mereka membunuhnya setelah utusan raja Syam pulang. Setelah mereka sampai ke tempat Maryam dan menyerahkan sejumlah hadiah, mereka pulang, lalu ada yang berkata padanya, “Para utusan raja Syam hanya datang untuk membunuh anakmu.” Maryam kemudian menggendong Isa lalu membawanya pergi ke Mesir, ia menetap di sana hingga Isa menginjak 12 tahun.

Sejumlah karamah dan mukjizat nampak padanya saat masih kecil. Di antaranya, suatu ketika Dahqun, tuan rumah tempat Isa dan ibunya singgah, kehilangan sejumlah uang di rumahnya, rumahnya hanya ditempati orang-orang fakir, lemah dan mereka membutuhkan bantuan. Ia tidak tahu siapa pencurinya. Kejadian itu terasa berat oleh Maryam, juga bagi yang lain, tidak terkecuali sang tuan rumah. Mereka tidak bisa mengatasi permasalahan ini.

Saat Isa mengetahui hal itu, ia menghampiri dua orang, salah satunya buta dan yang lain lumpuh. Ia berkata kepada si buta itu, “Berdirilah dan bawalah kursi ini!” Ia berkata, “Aku tidak bisa melakukan itu.” Isa berkata, “Bisa, seperti yang kalian berdua lakukan saat mengambil uang dari peti yang ada di dalam rumah itu.” Setelah Isa mengatakannya, keduanya mengaku telah mencuri uang tersebut, lalu uang itu mereka kembalikan lagi. Isa kian terpandang di mata orang-orang meski ia masih kecil.

Di antaranya lagi, Ibnu Dahqan biasa menjamu orang-orang yang datang ke rumahnya karena kesucian anak-anaknya. Saat orang-orang berkumpul, lalu Ibnu Dahqan menyuguhkan mereka makanan, namun saat hendak menyuguhkan minuman –khamer maksudnya– seperti yang biasa mereka lakukan pada masa itu, ternyata tempayan-tempayannya kosong, tidak ada airnya. Kondisi tersebut terasa berat bagi Ibnu Dahqan. Melihat hal itu, Isa berdiri lalu mengusapkan tangan ke bibir tempayan-tempayan itu, semua tempayan yang ia usap langsung terisi penuh air minum terbaik. Orang-orang merasa kagum karena hal itu, mereka mengagungkan Isa, menawarkan sejumlah besar harta padanya dan juga ibunya, namun keduanya menolak. Keduanya kemudian pulang menuju Baitul Maqdis. Wallahu a’lam.

Ishaq bin Bisyr menuturkan, “Utsman bin Saj dan lainnya memberitahukan kepada kami, dari Musa bin Wardan, dari Abu Nadhrah, dari Abu Sa’id, dari Makhul, dari Abu Hurairah, ia berkata, ‘Setelah mengucapkan kata-kata masih bayi, kata-kata pertama yang diucapkan Musa adalah tamjid (pengagungan) dan tahmid (pemujian), belum pernah terdengar tahmid seperti itu sebelumnya, hingga membuat matahari, bulan, sungai, dan mata air menyabut-nyebutnya kala membaca tamjid.

Ia mengucapkan, ‘Ya Allah! Engkau dekat meski Kau berada dalam ketinggian, Mahaluhur meski dekat, Mahaluhur atas segala mekhluk-Mu, Engkaulah yang telah mencipatakan tujuh langit berlapis di ruang hampa dengan kalimat-kalimat sempurna. Mereka tunduk pada perintah-Mu karena takut kepada-Mu, dan mereka berupa asap. Di dalamnya ada para Malaikat-Mu, mereka bertasbih kepada-Mu karena kesucian-Mu. Kau ciptakan cahaya dalam kelamnya kegelapan, Kau ciptakan cahaya dari cahaya matahari pada siang hari, padanya Kau cipatakan petir yang bertasbih menyucikan-Mu. Dengan kemuliaan-Mu, muncullah cahaya di balik kegelapan. Kau ciptakan lentera-lentera padanya untuk menuntun (manusia) dalam kegelapan dan kebimbangan.

Mahasuci Engkau, ya Allah, di balik penciptaan langit-Mu, di balik bumi-Mu yang Kau bentangkan di atas air, dengan ikan-ikan yang berada dalam gelombang yang menggunung, lalu Kau menundukkannya, kesulitan lautan tunduk pada ketaatan-Mu, hal ihwal lautan merasa malu pada perintah-Mu, gelombang-gelombangnya tunduk pada keperkasaan-Mu. Setelah sungai, Kau pancarkan sungai-sungai di sana (bumi). Setelah sungai, kau pancarkan anak-anak sungai. Setelah anak-anak sungai, Kau pancarkan sumber-sumber mata air nan melimpah deras, lalu kau munculkan berbagai macam sungai, pohon, dan tanaman di sana. Lalu Kau ciptakan gunung-gunung di permukaannya, Kau perkuat bumi dengan pancang-pancang di atas air, lalu pancang-pancang dan batu-batu karangnya tunduk.

Untuk itu, Mahasuci Engkau ya Allah! Lantas siapa gerangan yang bisa menandingi nikmat-Mu, siapa gerangan yang bisa memiliki sifat-sifat seperti sifat-sifat-Mu? Kau menggiring awan, memerdekakan budak, menunaikan hak, dan Kau adalah sebaik-baik yang memberi putusan, tiada Ilah (yang berhak diibadahi) selain-Mu. Mahasuci Engkau, Kau tutupi langit sehingga tiada terlihat oleh manusia, tiada Ilah (yang berhak diibadahi) selain-Mu.

Mahasuci Engkau, di antara hamba-hamba-Mu yang takut kepada-Mu hanyalah mereka yang cerdas, kami bersaksi bahwa Engkau bukanlah tuhan yang kami buat, bukan pula Rabb yang tiada disebut-sebut. Kau tidak memiliki sekutu-sekutu sehingga kami menyeru mereka dan kami meninggalkan-Mu, tiada siapa yang membantu-Mu kala menciptakan kami sehingga kami meragukan-Mu. Kami bersaksi bahwa Engkau Maha Esa, tempat meminta segala sesuatu, Kau tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tiada siapa pun yang setara dengan-Mu.

Ibnu Lahi’ah meriwayatkan dari Abdullah bin Hubairah, ia menuturkan, ‘Abdullah bin Umar pernah bercerita, ‘Saat masih kecil, Isa biasa main dengan anak-anak seusianya. Suatu ketika ia berkata pada seorang temannya, ‘Maukah kamu aku bertiahukan makanan apa yang disembunyikan ibumu untukmu?’ ‘Mau’ jawab temannya. Isa berkata, ‘Ibumu menyembunyikan makan ini dan itu untukmu.’ Temannya itu kemudian pulang menghampiri ibunya lalu berkata, ‘Berikan aku makanan yang ibu sembunyikan.’ Ibunya bertanya, ‘Memangnya makanan apa yang ibu sembunyikan untukmu?’ Anaknya berkata, ‘Ini dan itu.’ Ibunya bertanya, ‘Siapa yang memberitahukan padamu?’ Ia menjawab, ‘Isa putra Maryam.’

Para orang tua kemudian berkata, ‘Demi Allah, kalau kalian membiarkan anak-anak bermain bersama putra Maryam itu, ia pasti merusak mereka.’ Mereka kemudian mengumpulkan anak-anak di suatu rumah lalu mereka kunci. Isa keluar mencari-cari teman, namun tidak melihat seorang teman pun. Ia kemudian mendengar suara gaduh mereka dari dalam rumah, ia menanyakan mereka, lalu para orang tua mereka menjawab, ‘Itu hanya suara kera dan babi.’ Isa kemudian mengucapkan, ‘Ya Allah! (jadikan mereka) seperti itu.’ Anak-anak mereka akhirnya berubah menjadi kera dan babi.’” (HR. Ibnu Asakir)

Ishaq bin Bisyr meriwayatkan dari Juwaibir, sementara Muqatil meriwayatkan dari Dhahhak, dari Ibnu Abbas, ia menuturkan, “Isa mengalami sejumlah keajaiban pada masa kecilnya sebagai ilham dari Allah, sehingga berita tersebut menyebar luas di kalangan Yahudi. Isa tumbuh besar, lalu Bani Israil berniat membunuhnya. Ibunya mengkhawatirkan keselamatannya, lalu Allah mengilhamkan kepada ibunya untuk membawanya ke Mesir. Itulah firman-Nya, ‘Dan telah Kami jadikan (Isa) putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih mengalir.” (QS. Al-Mukminun: 50).

Ishaq bin Bisyr menuturkan, “Idris meriwayatkan kepada kami dari kakeknya, Wahab bin Munabbih, ia menuturkan, ‘Saat isa berusia 13 tahun, Allah memerintahkannya untuk kembali dari Mesir ke Baitullah (Baitul Maqdis). Yusuf, putra bibi ibunya, datang lalu membawa Isa dan ibunya dengan mengendarai keledai hingga tiba di Elia (Palestina).

Isa tinggal di sana hingga Allah menurunkan injil padanya, mengajarkan kitab Taurat padanya, memberinya mukjizat menghidupkan orang-orang yang sudah mati, menyembuhkan berbagai penyakit, dan mengetahui apa saja yang mereka sembunyikan di dalam rumah. Orang-orang ramai memperbincangkan kedatangannya, mereka heran dengan berbagai keajaiban yang ia lakukan, mereka kagum padanya. Ia menyeru mereka menuju Allah, hingga beritanya tersebar di tengah-tengah mereka.

MUKJIZAT NABI ISA ‘ALAIHISSALAM
Abu Hudzaifah Ishaq bin Bisyr meriwayatkan dengan sanad-sanadnya dari Ka’ab Al-Ahbar, Wahab bin Munabbih, Ibnu Abbas, dan Salman Al-Farisi. Hadits mereka saling menyatu satu sama lain, mereka menuturkan, “Saat Allah mengutus Isa putra Maryam sebagai nabi dan membawakan bukti-bukti nyata kepada mereka, orang-orang munafik dan kafir dari kalangan Bani Israil heran padanya dan menghinanya, mereka barkata, ‘Apa yang dimakan si fulan semalam, dan apa makanan yang ia simpan?’ Isa lalu memberitahukan hal itu kepada mereka. Orang-orang mukmin semakin bertambah imannya, sementara orang-orang kafir dan munafik semakin ragu dan kafir.

Meski demikian, Isa tidak punya tempat tinggal. Ia hanya berkelana di bumi, tidak menetap di suatu tempat dan tidak ada tempat yang dikenali sebagai tempatnya. Kisah pertama kali menghidupkan orang-orang mati terjadi saat ada seorang wanita duduk di dekat makam dengan menangis. Isa bertanya padanya, ‘Kenapa, ibu?’ Wanita itu menjawab, ‘Putriku meninggal dunia, aku tidak punya anak lain selain dia, aku berjanji kepada Rabb-ku untuk tidak meninggalkan tempatku ini, sebelum aku merasakan merasakan kematian yang dirasakan anakku, atau menghidupkannya lagi sehingga aku bisa melihatnya.’

Isa kemudian berkata padanya, ‘Bagaimana menurutmu, jika kau melihatnya, maukah kau kembali pulang?’ ‘Tentu,’ Jawab ibu itu. Isa kemudian shalat dua rakaat, setelah itu menghampiri makam tersebut dan memanggilnya, ‘Wahai fulanah! Bangkitlah dengan izin Allah Yang Maha Pemurah, keluarlah dari kubur.’ Kubur bergerak-gerak, Isa kemudian memanggil lagi, dan akhirnya terbelah dengan izin Allah. Setelah itu, Isa memanggil untuk ketiga, ia kemudian keluar dengan mengibaskan tanah yang ada di rambutnya.

Isa bertanya padanya, ‘Kenapa kau tidak kunjung memenuhi panggilanku?’ Ia menjawab, ‘Saat teriakan pertama datang, Allah mengirim seorang malaikat kepadaku, lalu menyusun tubuhku, setelah itu teriakan kedua datang, ruhku kembali padaku, kemudian teriakan ketiga datang, aku khawatir jika teriakan itu adalah teriakan kiamat, hingga rambut, kedua alis dan kelopak mataku memutih karena takut kiamat.’ Ia kemudian menghampiri ibunya dan berkata, ‘Wahai ibuku! Kenapa kau membuatku merasakan beban berat kematian dua kali? Wahai ibuku! Bersabarlah dan harapkan pahala (atas musibah kematianku). Aku tidak lagi memerlukan dunia. Wahai ruh (ciptaan) Allah dan kalimat-Nya, memohonlah kepada Rabb-ku agar mengembalikanku ke akhirat lagi, dan mempermudah beban berat kematian padaku.’ Isa kemudian berdo’a kepada Rabb, lalu mematikannya lagi, dan tanah kubur menjadi rata kembali.’

Saat kejadian ini terdengar kalangan Yahudi, mereka semakin marah pada Isa.

Seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya pada bagian akhir kisah Nabi Nuh. Bani Israil meminta Isa untuk menghidupkan kembali Sam bin Nuh. Ia berdo’a kepada Allah ‘Azza wa Jalla, lalu Allah menghidupkan Sam untuk mereka, Sam bercerita tentang kapal Nuh, setelah itu Isa berdo’a lagi, Sam pun kembali menjadi tanah.

As-Suddi meriwayatkan dari Abu Shalih dan Abu Malik, dari Ibnu Abbas terkait sebuah kisah, dalam kisah ini disebutkan bahwa salah seorang Raja Bani Israil meninggal dunia lalu ia dibawa di atas kasurnya. Ia kemudian datang dan berdo’a kepada Allah ‘Azza wa Jalla, Allah menghidupkan raja tersebut. Orang-orang menyaksikan kejadian besar dan pemandangan mengherankan. (Ibnu Katsir mengatakan: kisah-kisah ini tidak saya temukan di berbagai kitab yang menjadi acuan. Allah lebih tahu keabsahan kisah-kisah ini.)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِذۡ قَالَ ٱللَّهُ يَٰعِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ ٱذۡكُرۡ نِعۡمَتِي عَلَيۡكَ وَعَلَىٰ وَٰلِدَتِكَ إِذۡ أَيَّدتُّكَ بِرُوحِ ٱلۡقُدُسِ تُكَلِّمُ ٱلنَّاسَ فِي ٱلۡمَهۡدِ وَكَهۡلٗاۖ وَإِذۡ عَلَّمۡتُكَ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَٱلتَّوۡرَىٰةَ وَٱلۡإِنجِيلَۖ وَإِذۡ تَخۡلُقُ مِنَ ٱلطِّينِ كَهَيۡ‍َٔةِ ٱلطَّيۡرِ بِإِذۡنِي فَتَنفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيۡرَۢا بِإِذۡنِيۖ وَتُبۡرِئُ ٱلۡأَكۡمَهَ وَٱلۡأَبۡرَصَ بِإِذۡنِيۖ وَإِذۡ تُخۡرِجُ ٱلۡمَوۡتَىٰ بِإِذۡنِيۖ وَإِذۡ كَفَفۡتُ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ عَنكَ إِذۡ جِئۡتَهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ فَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۡهُمۡ إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا سِحۡرٞ مُّبِينٞ ١١٠ وَإِذۡ أَوۡحَيۡتُ إِلَى ٱلۡحَوَارِيِّ‍ۧنَ أَنۡ ءَامِنُواْ بِي وَبِرَسُولِي قَالُوٓاْ ءَامَنَّا وَٱشۡهَدۡ بِأَنَّنَا مُسۡلِمُونَ ١١١
“(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata"

“Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". Mereka menjawab: Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)" (QS. Al-Maidah: 110-111)

Allah mengingatkan Isa akan nikmat dan kebaikan yang Ia berikan padanya, karena telah menciptakannya tanpa ayah, dan hanya melalui seorang ibu. Menjadikannya sebagai tanda kebesaran untuk seluruh manusia, bukti kesempurnaan kuasa-Nya, selanjutnya mengutusnya sebagai rasul, “Dan kepada ibumu,” yang dipilih untuk menerima nikmat agung tersebut, dan Allah menyampaikan bukti nyata atas kebesarannya dari tuduhan keji yang disampaikan orang-orang bodoh padanya.

Karena itu Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,”Sewaktu aku menguatkanmu dengan Ruhul Qudus,” yaitu Jibril dengan menyampaikan ruh (ciptaan Allah) kepadanya, Allah menyandingkan Jibril bersamanya kala menyampaikan risalah, membelanya dari orang-orang yang ingkar padanya, “Engkau dapat berbicara dengan manusia pada waktu masih dalam buaian dan setelah dewasa,” yaitu kau menyeru manusia menuju Allah saat masih kecil dalam buaian dan saat kau sudah dewasa, “Dan ingatlah ketika Aku mengajarkan menulis kepadamu, (juga) Hikmah,” yaitu baca tulis dan pemahaman, seperti dinyatakan oleh sebagian salaf, “Taurat dan Injil”.

Friman-Nya, “Dan ingatlah ketika engkau membentuk dari tanah berupa burung dengan seizin-Ku,” yaitu kala kau membentuk wujud burung dari tanah atas perintah Allah, “Kemudian engkau meniupnya, lalu menjadi seekor burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku,” yaitu dengan perintah-Ku. Allah menyebutkan izin-Nya untuk Isa terkait mukjizat tersebut untuk menghindari salah duga.

Firman-Nya, “Dan ingatlah ketika engkau menyembuhkan orang yang buta sejak lahir,” sebagian salaf menjelaskan, akmah adalah orang yang terlahir buta dan tidak bisa diobati oleh tabib mana pun. “Dan orang yang berpenyakit kusta dengan seizin-Ku,” penyakit yang tidak ada obatnya dan penyakit ini kronis, “Dan ingatlah ketika engkau mengeluarkan orang mati,” dari kubur dalam keadaan hidup dengan izin-Ku. Seperti telah disebutkan sebelumnya, mukjizat ini terjadi berulang kali, dan tidak perlu dijelaskan lagi di sini.

Firman-Nya, “Dan ingatlah ketika Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuhmu) di kala engkau mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata, ‘Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata,” saat mereka hendak menyalibnya, Allah kemudian mengangkat dan menyelamatkannya dari rencana mereka demi menjaga agar tidak disakiti, juga untuk menghindarkannya dari kematian.

Firman-Nya, “Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa yang setia, ‘Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku.’ Mereka menjawab, ‘Kami telah beriman, dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (Muslim),” ada yang mengatakan, yang dimaksud wahyu di sini adalah ilham, yaitu Allah menuntun dan menunjukkan mereka untuk melakukan itu, seperti yang Allah sampaikan, “Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah.” (QS. An-Nahl: 68). “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, ‘Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil).” (QS. Al-Qashash: 7). Menurut pendapat lain, wahyu melalui perantara utusan dan taufik di dalam hati untuk menerima kebenaran. Karena itulah para pengikut setia Isa berkata, “Kami telah beriman, dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (Muslim).

Ini merupakan serangkaian nikmat yang Allah berikan kepada hamba dan Rasul-Nya, Isa putra Maryam. Allah menjadikan para penolong dan pembantu untuknya yang membela dan membantunya menyeru manusia untuk beribadah kepada Allah semata yang tiada memiliki sekutu, seperti Ia sampaikan kepada hamba-Nya Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam,
“Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin. Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana” (QS. Al-Anfal: 62-63)

MUKJIZAT PARA NABI SESUAI DENGAN TANTANGAN ZAMANNYA
Nabi Isa diutus pada era kemajuan di bidang pengobatan, ia kemudian diutus dengan membawa mukjizat-mukjizat yang tidak mampu mereka lakukan dan tidak bisa mereka capai. Bagaimana mungkin seorang tabib bisa menyembuhkan orang yang buta sejak lahir, yang kondisinya lebih buruk dari orang buta biasa. Bagaimana tabib bisa menyembuhkan penyakit sopak, kusta dan penderita penyakit kronis. Bagaimana mungkin ada manusia yang membangkitkan mayat dari kubur? Siapa pun tahu, hal-hal luar biasa tersebut merupakan mukjizat yang menunjukkan kebenaran nabi pemilik mukjizat itu, juga menunjukkan kuasa Dzat yang mengutusnya.


[Sumber: Kitab Qashash al Anbiya (Kisah Para Nabi) karya Ibnu Katsir] 

KISAH-KISAH LAINNYA:

Artikel Terkait

Previous
Next Post »