Wahab bin
Munabbih menyebutkan, kala berhala-berhala runtuh saat itu di belahan Timur dan
Barat bumi, para setan bingung karena kondisi tersebut, hingga raja Iblis
mengetahui berita tentang Isa. Mereka mendapati Isa berada dalam buaian ibunya,
sementara malaikat menatapnya dengan tajam. Saat itu mucul bintang besar di
langit yang dikhawatirkan oleh Raja Persia, ia akhirnya bertanya kepada para
dukun tentang tentang munculnya bintang tersebut, mereka lalu mengatakan, “Bintang
ini pertanda lahirnya seorang bayi agung di bumi.” Raja Persia kemudian
mengirim para utusan dengan membawa emas, sayuran, dan susu untuk dihadiahkan
kepada Isa.
Saat tiba di
Syam, mereka ditanya raja setempat tentang maksud kedatangan mereka. Mereka mengutarakan
kejadian sebenarnya. Raja Syam kemudian menanyakan hal itu, dan ternyata Isa
putra Maryam telah dilahirkan di Baitul Maqdis. Beritanya menyebar luas karena
sang bayi bisa berbicara saat masih berada dalam buaian. Raja Syam mengutus
seseorang untuk menunjukkan tempat Isa agar mereka membunuhnya setelah utusan
raja Syam pulang. Setelah mereka sampai ke tempat Maryam dan menyerahkan
sejumlah hadiah, mereka pulang, lalu ada yang berkata padanya, “Para utusan
raja Syam hanya datang untuk membunuh anakmu.” Maryam kemudian menggendong Isa
lalu membawanya pergi ke Mesir, ia menetap di sana hingga Isa menginjak 12
tahun.
Sejumlah karamah
dan mukjizat nampak padanya saat masih kecil. Di antaranya, suatu ketika
Dahqun, tuan rumah tempat Isa dan ibunya singgah, kehilangan sejumlah uang di
rumahnya, rumahnya hanya ditempati orang-orang fakir, lemah dan mereka
membutuhkan bantuan. Ia tidak tahu siapa pencurinya. Kejadian itu terasa berat
oleh Maryam, juga bagi yang lain, tidak terkecuali sang tuan rumah. Mereka tidak
bisa mengatasi permasalahan ini.
Saat Isa
mengetahui hal itu, ia menghampiri dua orang, salah satunya buta dan yang lain
lumpuh. Ia berkata kepada si buta itu, “Berdirilah dan bawalah kursi ini!” Ia
berkata, “Aku tidak bisa melakukan itu.” Isa berkata, “Bisa, seperti yang
kalian berdua lakukan saat mengambil uang dari peti yang ada di dalam rumah
itu.” Setelah Isa mengatakannya, keduanya mengaku telah mencuri uang tersebut,
lalu uang itu mereka kembalikan lagi. Isa kian terpandang di mata orang-orang
meski ia masih kecil.
Di antaranya
lagi, Ibnu Dahqan biasa menjamu orang-orang yang datang ke rumahnya karena
kesucian anak-anaknya. Saat orang-orang berkumpul, lalu Ibnu Dahqan menyuguhkan
mereka makanan, namun saat hendak menyuguhkan minuman –khamer maksudnya–
seperti yang biasa mereka lakukan pada masa itu, ternyata tempayan-tempayannya
kosong, tidak ada airnya. Kondisi tersebut terasa berat bagi Ibnu Dahqan. Melihat
hal itu, Isa berdiri lalu mengusapkan tangan ke bibir tempayan-tempayan itu,
semua tempayan yang ia usap langsung terisi penuh air minum terbaik.
Orang-orang merasa kagum karena hal itu, mereka mengagungkan Isa, menawarkan
sejumlah besar harta padanya dan juga ibunya, namun keduanya menolak. Keduanya kemudian
pulang menuju Baitul Maqdis. Wallahu a’lam.
Ishaq bin Bisyr
menuturkan, “Utsman bin Saj dan lainnya memberitahukan kepada kami, dari Musa
bin Wardan, dari Abu Nadhrah, dari Abu Sa’id, dari Makhul, dari Abu Hurairah,
ia berkata, ‘Setelah mengucapkan kata-kata masih bayi, kata-kata pertama yang
diucapkan Musa adalah tamjid (pengagungan) dan tahmid (pemujian), belum pernah
terdengar tahmid seperti itu sebelumnya, hingga membuat matahari, bulan,
sungai, dan mata air menyabut-nyebutnya kala membaca tamjid.
Ia mengucapkan,
‘Ya Allah! Engkau dekat meski Kau berada dalam ketinggian, Mahaluhur meski
dekat, Mahaluhur atas segala mekhluk-Mu, Engkaulah yang telah mencipatakan
tujuh langit berlapis di ruang hampa dengan kalimat-kalimat sempurna. Mereka tunduk
pada perintah-Mu karena takut kepada-Mu, dan mereka berupa asap. Di dalamnya
ada para Malaikat-Mu, mereka bertasbih kepada-Mu karena kesucian-Mu. Kau ciptakan
cahaya dalam kelamnya kegelapan, Kau ciptakan cahaya dari cahaya matahari pada
siang hari, padanya Kau cipatakan petir yang bertasbih menyucikan-Mu. Dengan
kemuliaan-Mu, muncullah cahaya di balik kegelapan. Kau ciptakan lentera-lentera
padanya untuk menuntun (manusia) dalam kegelapan dan kebimbangan.
Mahasuci
Engkau, ya Allah, di balik penciptaan langit-Mu, di balik bumi-Mu yang Kau
bentangkan di atas air, dengan ikan-ikan yang berada dalam gelombang yang
menggunung, lalu Kau menundukkannya, kesulitan lautan tunduk pada ketaatan-Mu,
hal ihwal lautan merasa malu pada perintah-Mu, gelombang-gelombangnya tunduk
pada keperkasaan-Mu. Setelah sungai, Kau pancarkan sungai-sungai di sana
(bumi). Setelah sungai, kau pancarkan anak-anak sungai. Setelah anak-anak
sungai, Kau pancarkan sumber-sumber mata air nan melimpah deras, lalu kau
munculkan berbagai macam sungai, pohon, dan tanaman di sana. Lalu Kau ciptakan
gunung-gunung di permukaannya, Kau perkuat bumi dengan pancang-pancang di atas
air, lalu pancang-pancang dan batu-batu karangnya tunduk.
Untuk itu,
Mahasuci Engkau ya Allah! Lantas siapa gerangan yang bisa menandingi nikmat-Mu,
siapa gerangan yang bisa memiliki sifat-sifat seperti sifat-sifat-Mu? Kau menggiring
awan, memerdekakan budak, menunaikan hak, dan Kau adalah sebaik-baik yang
memberi putusan, tiada Ilah (yang berhak diibadahi) selain-Mu. Mahasuci Engkau,
Kau tutupi langit sehingga tiada terlihat oleh manusia, tiada Ilah (yang
berhak diibadahi) selain-Mu.
Mahasuci
Engkau, di antara hamba-hamba-Mu yang takut kepada-Mu hanyalah mereka yang
cerdas, kami bersaksi bahwa Engkau bukanlah tuhan yang kami buat, bukan pula
Rabb yang tiada disebut-sebut. Kau tidak memiliki sekutu-sekutu sehingga kami
menyeru mereka dan kami meninggalkan-Mu, tiada siapa yang membantu-Mu kala
menciptakan kami sehingga kami meragukan-Mu. Kami bersaksi bahwa Engkau Maha
Esa, tempat meminta segala sesuatu, Kau tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tiada siapa pun yang setara dengan-Mu.
Ibnu Lahi’ah
meriwayatkan dari Abdullah bin Hubairah, ia menuturkan, ‘Abdullah bin Umar
pernah bercerita, ‘Saat masih kecil, Isa biasa main dengan anak-anak seusianya.
Suatu ketika ia berkata pada seorang temannya, ‘Maukah kamu aku bertiahukan
makanan apa yang disembunyikan ibumu untukmu?’ ‘Mau’ jawab temannya. Isa berkata,
‘Ibumu menyembunyikan makan ini dan itu untukmu.’ Temannya itu kemudian pulang
menghampiri ibunya lalu berkata, ‘Berikan aku makanan yang ibu sembunyikan.’ Ibunya
bertanya, ‘Memangnya makanan apa yang ibu sembunyikan untukmu?’ Anaknya
berkata, ‘Ini dan itu.’ Ibunya bertanya, ‘Siapa yang memberitahukan padamu?’ Ia
menjawab, ‘Isa putra Maryam.’
Para orang tua
kemudian berkata, ‘Demi Allah, kalau kalian membiarkan anak-anak bermain
bersama putra Maryam itu, ia pasti merusak mereka.’ Mereka kemudian mengumpulkan
anak-anak di suatu rumah lalu mereka kunci. Isa keluar mencari-cari teman,
namun tidak melihat seorang teman pun. Ia kemudian mendengar suara gaduh mereka
dari dalam rumah, ia menanyakan mereka, lalu para orang tua mereka menjawab, ‘Itu
hanya suara kera dan babi.’ Isa kemudian mengucapkan, ‘Ya Allah! (jadikan
mereka) seperti itu.’ Anak-anak mereka akhirnya berubah menjadi kera dan babi.’”
(HR. Ibnu Asakir)
Ishaq bin Bisyr
meriwayatkan dari Juwaibir, sementara Muqatil meriwayatkan dari Dhahhak, dari
Ibnu Abbas, ia menuturkan, “Isa mengalami sejumlah keajaiban pada masa kecilnya
sebagai ilham dari Allah, sehingga berita tersebut menyebar luas di kalangan Yahudi.
Isa tumbuh besar, lalu Bani Israil berniat membunuhnya. Ibunya mengkhawatirkan
keselamatannya, lalu Allah mengilhamkan kepada ibunya untuk membawanya ke
Mesir. Itulah firman-Nya, ‘Dan telah Kami jadikan (Isa) putra Maryam beserta
ibunya suatu bukti yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka
di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan
sumber-sumber air bersih mengalir.” (QS. Al-Mukminun: 50).
Ishaq bin Bisyr
menuturkan, “Idris meriwayatkan kepada kami dari kakeknya, Wahab bin Munabbih,
ia menuturkan, ‘Saat isa berusia 13 tahun, Allah memerintahkannya untuk kembali
dari Mesir ke Baitullah (Baitul Maqdis). Yusuf, putra bibi ibunya, datang lalu
membawa Isa dan ibunya dengan mengendarai keledai hingga tiba di Elia
(Palestina).
Isa tinggal di
sana hingga Allah menurunkan injil padanya, mengajarkan kitab Taurat padanya,
memberinya mukjizat menghidupkan orang-orang yang sudah mati, menyembuhkan
berbagai penyakit, dan mengetahui apa saja yang mereka sembunyikan di dalam
rumah. Orang-orang ramai memperbincangkan kedatangannya, mereka heran dengan
berbagai keajaiban yang ia lakukan, mereka kagum padanya. Ia menyeru mereka
menuju Allah, hingga beritanya tersebar di tengah-tengah mereka.
MUKJIZAT NABI
ISA ‘ALAIHISSALAM
Abu Hudzaifah
Ishaq bin Bisyr meriwayatkan dengan sanad-sanadnya dari Ka’ab Al-Ahbar, Wahab
bin Munabbih, Ibnu Abbas, dan Salman Al-Farisi. Hadits mereka saling menyatu
satu sama lain, mereka menuturkan, “Saat Allah mengutus Isa putra Maryam
sebagai nabi dan membawakan bukti-bukti nyata kepada mereka, orang-orang
munafik dan kafir dari kalangan Bani Israil heran padanya dan menghinanya,
mereka barkata, ‘Apa yang dimakan si fulan semalam, dan apa makanan yang ia
simpan?’ Isa lalu memberitahukan hal itu kepada mereka. Orang-orang mukmin
semakin bertambah imannya, sementara orang-orang kafir dan munafik semakin ragu
dan kafir.
Meski demikian,
Isa tidak punya tempat tinggal. Ia hanya berkelana di bumi, tidak menetap di
suatu tempat dan tidak ada tempat yang dikenali sebagai tempatnya. Kisah pertama
kali menghidupkan orang-orang mati terjadi saat ada seorang wanita duduk di
dekat makam dengan menangis. Isa bertanya padanya, ‘Kenapa, ibu?’ Wanita itu
menjawab, ‘Putriku meninggal dunia, aku tidak punya anak lain selain dia, aku
berjanji kepada Rabb-ku untuk tidak meninggalkan tempatku ini, sebelum aku
merasakan merasakan kematian yang dirasakan anakku, atau menghidupkannya lagi
sehingga aku bisa melihatnya.’
Isa kemudian
berkata padanya, ‘Bagaimana menurutmu, jika kau melihatnya, maukah kau kembali
pulang?’ ‘Tentu,’ Jawab ibu itu. Isa kemudian shalat dua rakaat, setelah itu
menghampiri makam tersebut dan memanggilnya, ‘Wahai fulanah! Bangkitlah dengan
izin Allah Yang Maha Pemurah, keluarlah dari kubur.’ Kubur bergerak-gerak, Isa
kemudian memanggil lagi, dan akhirnya terbelah dengan izin Allah. Setelah itu,
Isa memanggil untuk ketiga, ia kemudian keluar dengan mengibaskan tanah yang
ada di rambutnya.
Isa bertanya
padanya, ‘Kenapa kau tidak kunjung memenuhi panggilanku?’ Ia menjawab, ‘Saat
teriakan pertama datang, Allah mengirim seorang malaikat kepadaku, lalu
menyusun tubuhku, setelah itu teriakan kedua datang, ruhku kembali padaku,
kemudian teriakan ketiga datang, aku khawatir jika teriakan itu adalah teriakan
kiamat, hingga rambut, kedua alis dan kelopak mataku memutih karena takut
kiamat.’ Ia kemudian menghampiri ibunya dan berkata, ‘Wahai ibuku! Kenapa kau
membuatku merasakan beban berat kematian dua kali? Wahai ibuku! Bersabarlah dan
harapkan pahala (atas musibah kematianku). Aku tidak lagi memerlukan dunia. Wahai
ruh (ciptaan) Allah dan kalimat-Nya, memohonlah kepada Rabb-ku agar mengembalikanku
ke akhirat lagi, dan mempermudah beban berat kematian padaku.’ Isa kemudian berdo’a
kepada Rabb, lalu mematikannya lagi, dan tanah kubur menjadi rata kembali.’
Saat kejadian
ini terdengar kalangan Yahudi, mereka semakin marah pada Isa.
Seperti yang
telah kami sebutkan sebelumnya pada bagian akhir kisah Nabi Nuh. Bani Israil
meminta Isa untuk menghidupkan kembali Sam bin Nuh. Ia berdo’a kepada Allah ‘Azza
wa Jalla, lalu Allah menghidupkan Sam untuk mereka, Sam bercerita tentang kapal
Nuh, setelah itu Isa berdo’a lagi, Sam pun kembali menjadi tanah.
As-Suddi
meriwayatkan dari Abu Shalih dan Abu Malik, dari Ibnu Abbas terkait sebuah
kisah, dalam kisah ini disebutkan bahwa salah seorang Raja Bani Israil
meninggal dunia lalu ia dibawa di atas kasurnya. Ia kemudian datang dan berdo’a
kepada Allah ‘Azza wa Jalla, Allah menghidupkan raja tersebut. Orang-orang
menyaksikan kejadian besar dan pemandangan mengherankan. (Ibnu Katsir
mengatakan: kisah-kisah ini tidak saya temukan di berbagai kitab yang menjadi
acuan. Allah lebih tahu keabsahan kisah-kisah ini.)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِذۡ
قَالَ ٱللَّهُ يَٰعِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ ٱذۡكُرۡ نِعۡمَتِي عَلَيۡكَ وَعَلَىٰ
وَٰلِدَتِكَ إِذۡ أَيَّدتُّكَ بِرُوحِ ٱلۡقُدُسِ تُكَلِّمُ ٱلنَّاسَ فِي ٱلۡمَهۡدِ
وَكَهۡلٗاۖ وَإِذۡ عَلَّمۡتُكَ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَٱلتَّوۡرَىٰةَ وَٱلۡإِنجِيلَۖ
وَإِذۡ تَخۡلُقُ مِنَ ٱلطِّينِ كَهَيَۡٔةِ ٱلطَّيۡرِ بِإِذۡنِي فَتَنفُخُ فِيهَا
فَتَكُونُ طَيۡرَۢا بِإِذۡنِيۖ وَتُبۡرِئُ ٱلۡأَكۡمَهَ وَٱلۡأَبۡرَصَ بِإِذۡنِيۖ
وَإِذۡ تُخۡرِجُ ٱلۡمَوۡتَىٰ بِإِذۡنِيۖ وَإِذۡ كَفَفۡتُ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ
عَنكَ إِذۡ جِئۡتَهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ فَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۡهُمۡ إِنۡ
هَٰذَآ إِلَّا سِحۡرٞ مُّبِينٞ ١١٠ وَإِذۡ أَوۡحَيۡتُ إِلَى ٱلۡحَوَارِيِّۧنَ
أَنۡ ءَامِنُواْ بِي وَبِرَسُولِي قَالُوٓاْ ءَامَنَّا وَٱشۡهَدۡ بِأَنَّنَا
مُسۡلِمُونَ ١١١
“(Ingatlah),
ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku
kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu
dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa;
dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil,
dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang
berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu
menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu
menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang
berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan
orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu
Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu
mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang
kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang
nyata"
“Dan
(ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia:
"Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". Mereka menjawab:
Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)" (QS.
Al-Maidah: 110-111)
Allah mengingatkan
Isa akan nikmat dan kebaikan yang Ia berikan padanya, karena telah
menciptakannya tanpa ayah, dan hanya melalui seorang ibu. Menjadikannya sebagai
tanda kebesaran untuk seluruh manusia, bukti kesempurnaan kuasa-Nya,
selanjutnya mengutusnya sebagai rasul, “Dan kepada ibumu,” yang
dipilih untuk menerima nikmat agung tersebut, dan Allah menyampaikan bukti
nyata atas kebesarannya dari tuduhan keji yang disampaikan orang-orang bodoh
padanya.
Karena itu
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,”Sewaktu aku menguatkanmu dengan Ruhul
Qudus,” yaitu Jibril dengan menyampaikan ruh (ciptaan Allah) kepadanya, Allah
menyandingkan Jibril bersamanya kala menyampaikan risalah, membelanya dari
orang-orang yang ingkar padanya, “Engkau dapat berbicara dengan manusia
pada waktu masih dalam buaian dan setelah dewasa,” yaitu kau
menyeru manusia menuju Allah saat masih kecil dalam buaian dan saat kau sudah
dewasa, “Dan ingatlah ketika Aku mengajarkan menulis kepadamu,
(juga) Hikmah,” yaitu baca tulis dan pemahaman, seperti dinyatakan
oleh sebagian salaf, “Taurat dan Injil”.
Friman-Nya,
“Dan
ingatlah ketika engkau membentuk dari tanah berupa burung dengan seizin-Ku,” yaitu kala
kau membentuk wujud burung dari tanah atas perintah Allah, “Kemudian
engkau meniupnya, lalu menjadi seekor burung (yang sebenarnya) dengan
seizin-Ku,” yaitu dengan perintah-Ku. Allah menyebutkan
izin-Nya untuk Isa terkait mukjizat tersebut untuk menghindari salah duga.
Firman-Nya,
“Dan
ingatlah ketika engkau menyembuhkan orang yang buta sejak lahir,” sebagian
salaf menjelaskan, akmah adalah
orang yang terlahir buta dan tidak bisa diobati oleh tabib mana pun. “Dan
orang yang berpenyakit kusta dengan seizin-Ku,” penyakit
yang tidak ada obatnya dan penyakit ini kronis, “Dan ingatlah ketika
engkau mengeluarkan orang mati,” dari kubur dalam keadaan hidup dengan izin-Ku. Seperti
telah disebutkan sebelumnya, mukjizat ini terjadi berulang kali, dan tidak
perlu dijelaskan lagi di sini.
Firman-Nya,
“Dan
ingatlah ketika Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuhmu)
di kala engkau mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata,
lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata, ‘Ini tidak lain hanyalah sihir
yang nyata,” saat mereka hendak menyalibnya, Allah kemudian
mengangkat dan menyelamatkannya dari rencana mereka demi menjaga agar tidak
disakiti, juga untuk menghindarkannya dari kematian.
Firman-Nya,
“Dan
(ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa yang setia, ‘Berimanlah
kamu kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku.’ Mereka menjawab, ‘Kami telah beriman, dan
saksikanlah (wahai Rasul) bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri
(Muslim),” ada yang
mengatakan, yang dimaksud wahyu di sini adalah ilham, yaitu Allah menuntun dan
menunjukkan mereka untuk melakukan itu, seperti yang Allah sampaikan, “Dan
Rabbmu mewahyukan kepada lebah.” (QS. An-Nahl: 68). “Dan Kami ilhamkan
kepada ibu Musa, ‘Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka
jatuhkanlah dia ke sungai (Nil).” (QS. Al-Qashash: 7). Menurut pendapat
lain, wahyu melalui perantara utusan dan taufik di dalam hati untuk menerima
kebenaran. Karena itulah para pengikut setia Isa berkata, “Kami telah
beriman, dan saksikanlah (wahai Rasul) bahwa kami adalah orang-orang yang
berserah diri (Muslim).
Ini merupakan
serangkaian nikmat yang Allah berikan kepada hamba dan Rasul-Nya, Isa putra
Maryam. Allah menjadikan para penolong dan pembantu untuknya yang membela dan
membantunya menyeru manusia untuk beribadah kepada Allah semata yang tiada
memiliki sekutu, seperti Ia sampaikan kepada hamba-Nya Muhammad shallallahu
‘alayhi wa sallam,
“Dan
jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi
pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para
mukmin. Dan Yang
mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu
membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.
Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana” (QS. Al-Anfal: 62-63)
MUKJIZAT
PARA NABI SESUAI DENGAN TANTANGAN ZAMANNYA
Nabi Isa
diutus pada era kemajuan di bidang pengobatan, ia kemudian diutus dengan
membawa mukjizat-mukjizat yang tidak mampu mereka lakukan dan tidak bisa mereka
capai. Bagaimana mungkin seorang tabib bisa menyembuhkan orang yang buta sejak
lahir, yang kondisinya lebih buruk dari orang buta biasa. Bagaimana tabib bisa
menyembuhkan penyakit sopak, kusta dan penderita penyakit kronis. Bagaimana mungkin
ada manusia yang membangkitkan mayat dari kubur? Siapa pun tahu, hal-hal luar
biasa tersebut merupakan mukjizat yang menunjukkan kebenaran nabi pemilik
mukjizat itu, juga menunjukkan kuasa Dzat yang mengutusnya.
[Sumber: Kitab
Qashash al Anbiya (Kisah Para Nabi) karya Ibnu Katsir]
KISAH-KISAH LAINNYA:
EmoticonEmoticon