Bismillah.. Alhamdulillah wa shalatu wa salamu ‘ala rasulillah..
Postingan kali ini adalah pembahasan Kitab Riyadhushshalihin pada bab ke
75 tentang perintah memberi maaf dan berpaling dari orang-orang bodoh. Semoga bermanfaat.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
خُذِ
ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ ١٩٩
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199)
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
...فَٱصۡفَحِ
ٱلصَّفۡحَ ٱلۡجَمِيلَ ٨٥
“...maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.” (QS. Al-Hijr: 85)
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfriman,
وَلَا يَأۡتَلِ أُوْلُواْ
ٱلۡفَضۡلِ مِنكُمۡ وَٱلسَّعَةِ أَن يُؤۡتُوٓاْ أُوْلِي ٱلۡقُرۡبَىٰ
وَٱلۡمَسَٰكِينَ وَٱلۡمُهَٰجِرِينَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۖ وَلۡيَعۡفُواْ
وَلۡيَصۡفَحُوٓاْۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَكُمۡۚ وَٱللَّهُ
غَفُورٞ رَّحِيمٌ ٢٢
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan
kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan)
kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang
berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan
dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nur: 22)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
۞وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن
رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ
لِلۡمُتَّقِينَ ١٣٣
“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Ali Imran: 133)
ٱلَّذِينَ
يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
١٣٤
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan.” (QS.
Ali Imran: 134)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَمَن صَبَرَ وَغَفَرَ إِنَّ ذَٰلِكَ لَمِنۡ عَزۡمِ
ٱلۡأُمُورِ ٤٣
“Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya
(perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS. Asy-Syura: 43)
Hadits
ke 1 dari bab ini atau haidts 534 dari kitab Riyadhushshalihin
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ
لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم هَلْ أَتَي عَلَيْكَ يَوْمٌ كَانَ أَشَدَّ مِنْ
يَوْمٍ أُحُدٍ؟ قَالَ: لَقَدْ لَقِيْتُ مِنْ قَوْمِكِ، وَكَانَ أَشَدُّ
مَالَقِيْتُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْعَقَبَةِ، إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ
عَبْدِ يَالِيْلَ بْنِ عَبْدِ كُلَالٍ، فَلَمْ يُجِبْنِى إِلَى مَا أَرَدْتُ،
فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي فَلَمْ أَسْتَفِقْ اِلَّا وَأَنَا
بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ فَرَفَعْتُ رَأْسِي وَإِذَا أَنَابِسَحَابَةٍ قَدْ
أَظَلَّتْنِى، فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيْهَا جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ
فَنَادَانِى فَقَالَ: إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ،
وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ، وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الْجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ
بِمَا شِئْتَ فِيْهِمْ، فَنَادَانِى مَلَكُ الْجِبَالِ، فَسَلَّمَ عَلَيَّ ثُمَّ
قَالَ: يَا مُحَمَّدُ إِنَّ اللهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ، وَأَنَا
مَلَكُ الْجِبَالِ، وَقَدْ بَعَثَنِى رَبِّى إِلَيْكَ لِتَأْمُرَنِى بِأَمْرِكَ،
فَمَا شِئْتَ: إِنْ شِئْتَ أَطْبَقْتُ عَلَيْهِمْ الأَخْشَبَيْنِ. فَقَالَ
النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللهُ مِنْ
أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللهَ وَحْدَهُ لَايُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا. (مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ)
Dari ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha dia berkata kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam: “Apakah
engkau pada suatu hari (pernah) mengalami penderitaan lebih serius daripada
waktu perang Uhud?” Beliau menjawab: “Aku benar-benar telah mendapat
penderitaan karena ulah kaummu, dan penderitaan yang paling berat yang aku
terima dari mereka adalah pada hari Aqabah. Ketika itu aku menawarkan dakwahku
kepada putera Abduyalil Ibn Abdukulaal, ternyata dia tidak menyambut apa yang
aku inginkan, maka aku pergi dengan perasaan sedih sekali (yang menyelimuti)
sepanjang perjalananku. Aku tidak tersadarkan diri kecuali (ketika sampai) di
Qarn Ats-Tsa’alib, maka aku angkat kepalaku ternyata ada mendung yang
menaungiku. Aku memperhatikannya ternyata di sana ada Jibril ‘alayhissalam,
dia memanggilku dan mangatakan: “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah
mendengar ucapan kaummu terhadapmu, dan bantahan-bantahan mereka terhadapmu.
Dia mengirim malaikat penjaga gunung kepadamu agar kamu memerintahkannya untuk
melakukan apa saja yang kamu kehendaki terhadap mereka.” Maka malaikat penjaga
gunung memanggilku dan mengucapkan salam kemudian berkata: “Wahai Muhammad,
sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan kaummu terhadapmu, aku adalah
malaikat penjaga gunung, aku diutus oleh Tuhanmu kepadamu agar kamu
memerintahkan aku sehubungan dengan perkaramu ini, terserah engkau, kalau kamu
mau aku akan menjatuhkan dua gunung ini kepada mereka.” Maka Nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam bersabda: “Justru aku berharap semoga Allah melahirkan
dari tulang rusuk mereka orang-orang yang
menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dengan apapun.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Kandungan
Hadits 1 (534)
1. Penjelasan
mengenai kasih sayang Rasulullah kepada
ummatnya dan kesabaran beliau dalam mengahadapi berbagai hal yang tidak
menyenangkan serta pemberian maaf beliau kepada orang-orang yang berbuat tidak
baik kepada beliau.
2. Bencana
yang menghadang para da’i ke jalan Allah itu sangat beragam, di antaranya
berupa penyiksaan, pendustaan, dan penghinaan.
3. Para
da’i tidak boleh memaksa orang-orang untuk mengikuti dan mengimani dakwah
mereka, tetapi yang wajib mereka lakukan adalah menyampaikan dakwah kepada
seluruh ummat manusia.
4. Penetapan
dua sifat bagi Allah, yaitu sifat mendengar dan melihat. Bahwasanya Dia
Mahamendengar lagi Mahamelihat. Tidak ada sesuatu pun dan bunyi-bunyian yang
tidak terdengar oleh-Nya. Tidak ada yang tersembunyi dari-Nya sedikitpun dimana keragaman suara, gerakan, dan diamnya
sesuatu tidak membingungkan-Nya.
5. Pemeliharaan
Allah terhadap para wali-Nya, bahwasanya Dia adalah Penolong mereka, jika
mereka mau menolong agama-Nya.
6. Para
Malaikat itu mempunyai aktivitas tersendiri yang mereka kerjakan atas perintah
Allah.
7. Para
da’i harus benar-benar melihat masa depan dakwah dan tidak hanya pada masa kini
saja. Oleh karena itu, bukan suatu yang bijak dalam dakwah tindakan
menyegerakan turunnya adzab bagi orang-orang yang menolak seruan.
8. Tujuan
dan sasaran dakwah adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya,
agar mereka menyembah Allah semata.
Hadits
ke 2 (535)
وَعَنْ عَائِشَةَ قَلَتْ: مَاضَرَبَ رَسُولُ اللهِ
صلى الله عليه وسلم شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ، وَلَاامْرَأَةً وَلَا خَادِمًا،
إِلَّا أَنْ يُجَاهِدَ فِي سَبِيْلِ اللهِ وِمَانِيلَ مِنْهُ شَيْئٌ قَطٌّ
فَيَنْتَقِمَ مِنْ صَاحِبِهِ، إِلَّا أَنْ يُنْتَهَكَ شَيْئٌ مِنْ مَحَارِمِ اللهِ
تَعَلَى، فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ تَعَالى. (رَوَهُ مسلم)
Dari ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam tidak
pernah memukul sesuatu dengan tangannya, tidak pernah memukul istri ataupun
pembantu, kecuali jika beliau berjihad di jalan Allah. Dan beliau tidak pernah
diganggu sedikitpun kemudian menuntut balas pada pelakunya kecuali jika ada
sesuatu dari yang haramkan Allah dilanggar maka beliau menuntut balas untuk
Allah.” (HR. Muslim)
Kandungan
Hadits 2 (535)
1. Penjelasan
mengenai kesabaran Rasulullah dan pemberian maaf beliau atas apa yang menimpa
dirinya.
2. Marah
karena Allah sama sekali tidak bertentangan dengan sifat al-hilmu, santun,
ramah, pemaaf.
Hadits ke 3 (536)
وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كُنْتُ
أَمْشِيْ مَعَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِيٌّ
غَلِيْظُ الْحَاشَيَةِ، فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ فَجَبَذَهُ بِرِدَائِهِ
جَبْدَةً شَدِيْدَةً، فَنَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عَاطِقِ الْنَّبِيِّ صلى الله
عليه وسلم وَقَدْ أَثَّرَتْ بِهَا حَاشِيَةُ الرِّدَاءِ مِنْ شِدَّةِ جَبْذَتِهِ،
ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ مُرْ لِي مِنْ مَالِ اللهِ الَّذِيْ عِنْدَكَ.
فَلْتَفَتَ إِلَيْهِ، فَضَحِكَ ثُمَّ
أَمَرَلَهُ بِعَطَاءٍ. (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Dari Anas radhiyallahu
‘anhu dia berkata: “Saya pernah berjalan bersama Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam, beliau mengenakan selimut buatan Najran yang tebal
pinggirnya, tiba-tiba beliau didatangi oleh seorang badui lalu dia menarik
selendang beliau dengan keras sekali. Maka saya lihat leher Nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam (bagian samping) telah lecet oleh pinggiran selimut yang
ditarik dengan keras itu, kemudian dia berkata: “Hai Muhammad berikanlah
kepadaku dari harta Allah yang ada padamu.” Maka beliau menoleh kepadanya
sambil tersenyum kemudian beliau memerintahkan (orang yang bersama beliau)
untuk memberinya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Kandungan
Hadits 3 (536)
1. Kekasaran
orang badui dan kekakuan mereka dalam bermu’amalah. Orang badui itu telah
menarik selendang Rasulullah dengan
keras, memanggil dengan namanya saja, serta meminta sesuatu kepada beliau.
(larangan memanggil Nabi langsung dengan namanya, QS. An-Nur 63)
2. Akhlak
mulia Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, kesabaran beliau
menghadapi orang-orang bodoh, dan ketabahan beliau menghadapi berbagai tindakan
menyakitkan dari mereka, serta pemberian maaf beliau kepada orang yang berbuat
jahat kepada beliau.
3. Dianjurkan
untuk membalas keburukan dengan kebaikan serta tidak mem balas keburukan dengan
keburukan serupa. (QS. Fushshilat: 34)
4. Dianjurkan
bagi seorang da’i untuk membuat senang hati orang yang berbuat kesalahan dan
tidak bersikap kasar kepadanya, karena yang demikian itu lebih bermanfaat
baginya dalam memberikan nasihat kepadanya dan lebih bisa diharapkan untuk
kembali kepada kebenaran.
Hadits
ke 4 (537)
وَعَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَلَ:
كَأَنِّى أَنْظُرُ إِلَى رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَحْكِى نَبِيًّا مِنَ
الْأَنْبِيَاءِ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِمْ، ضَرَبَهُ قَوْمُهُ
فَأَدْمَوْهُ، وَهُوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ وَيَقُوْلُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ. (مُتَّفّقٌ عَلَيْهِ)
Dari Ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu dia berkata: “Sepertinya saya melihat Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam sedang menceritakan seorang Nabi dari para Nabi –semoga shalawat
dan salam Allah atas mereka-, Nabi itu dipukul oleh kaumnya hingga berdarah,
dia menyeka darah dari mukanya seraya berdo’a: “Ya Allah ampunilah kaumku
karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari-Muslim)
Kandungan
Hadits 4 (537)
1. Penjelasan
bahwa para Nabi itu adalah orang-orang yang mendapatkan cobaan dan ujian yang
paling berat, lalu diikuti oleh para pengikutnya, dan demikian seterusnya.
2. Ummat
manusia ini tidur dan tidak mengetahui hakikat tempat kembali mereka, sehingga
mereka tidak mengetahui orang yang menginginkan kebaikan bagi mereka dan
mengajak mereka kepada kebaikan.
3. Kewajiban
untuk bersabar dan menghadapi berbagai hal yang tidak me- nyenangkan di jalan
Allah.
4. Dianjurkan
untuk membalas keburukan dengan kebaikan.
5. Diperbolehkan
mendo’akan orang-orang kafir supaya diberi petunjuk.
6. Kesempurnaan
akhlak para Nabi.
Hadits
ke 5 (538)
وَعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ
اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِ إِنَّمَا
الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ. (مُتَّفّقٌ عَلَيْهِ)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam bersabda: “Bukanlah orang kuat itu orang yang selalu
menang dalam gulat, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu
menguasai dirinya disaat marah.” (HR. Bukhari-Muslim).
MATERI RIYADHUSHSHALIHIN LAINNYA:
EmoticonEmoticon