Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
خُذِ
ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ ١٩٩
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199)
Tafsir Ibnu
Katsir:
‘Abdurrahman
bin Zaid bin Aslam mengatakan tentang firman-Nya, خُذِ
ٱلۡعَفۡوَ “Jadilah engkau
pemaaf,”
Allah memerintahkan kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam supaya
memaafkan kaum musyrikin selama sepuluh tahun (ketika beliau di Makkah),
kemudian (setelah hijrah ke Madinah) Allah memerintahkannya supaya bersikap
keras terhadap mereka.
Sejumlah perowi
menuturkan dari Mujahid mengenai firman-Nya, “Jadilah engkau pemaaf,” ia
mengatakan, yakni terhadap akhlak dan perilaku manusia, tanpa mencari-cari
kesalahannya.
Hisyam bin
Urwah menuturkan dari ayahnya, Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam agar memaafkan berbagai perilaku manusia. Dalam suatu
riwayat, ia mengatakan, “Jadilah engkau pemaaf terhadap segala perilaku mereka
kepadamu.” Dalam Shahih Bukhari dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya,
‘Urwah, dari saudaranya, ‘Abdullah bin az-Zubair, ia mengatakan, “Allah
menurunkan: “Jadilah engkau pemaaf,’ hanyalah berkenaan dengan akhlak
manusia.
Ibnu Jarir dan
Ibnu Abi Hatim sama-sama meriwayatkan: Yunus menuturkan kepada kami, Sufyan
–yaitu Ibnu Uyainah– menuturkan kepada kami, dari Umayya, ia mengatakan:
Ketika Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan pada Nabi-Nya shallallahu
‘alayhi wa sallam ayat ini,
خُذِ
ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ ١٩٩
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang
ma´ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” Maka Rasulullah shallallahu
‘alayhi wa sallam mengatakan, “Apa ini, wahai Jibril?” Ia mengatakan,
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu supaya memaafkan orang-orang yang
berbuat zhalim kepadamu, memberi kepada orang yang tidak memberi, dan
menyambung orang-orang yang memutuskan perhubungan denganmu.” (Ath-Thabari (VI/
154) dan Ibnu Abi Hatim (V/1638)
Al Bukhari mengatakan dalam pembahasan
tentang firman-Nya, “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan
yang ma’ruf, serta perpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh,” bahwa al-Urf
ialah yang ma’ruf. Kemudian ia meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhu bahwa ia mengatakan, “ ‘Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah datang, lalu
singgah di rumah sepupunya, al Hurr bin Qais, dan ia termasuk kalangan yang
dekat dengan ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, Al-Hurr termasuk para qurra’
(penghafal Al-Qur’an) yang menjadi anggota majelis yang sering diajak
bermusyawarah oleh ‘Umar radhiyallahu
‘anhu. Anggota majelis ini terdiri
dari orang-orang tua dan anak muda. ‘Uyainah mengatakan kepada sepupunya,
‘Wahai sepupuku, kamu memiliki kedudukan di antara amir ini, maka mintakan izin
kepadanya untukku (agar aku bisa menemuinya).’ Al-Hurr mengatakan, ‘Aku akan
meminta izin kepadanya untukmu.’ Kemudian Al-Hurr memintakan izin untuk
‘Uyainah, dan ‘Umar mengizinkannya. Ketika menemuinya, ‘Uyainah mengatakan,
‘Hai Ibnul Khaththab, demi Allah, engkau tidak memberi harta yang banyak kepada
kami dan tidak pula memutuskan perkara di antara kami dengan adil.’ ‘Umar pun
marah hingga berniat untuk menghukumnya, maka al-Hurr mengatakan kepadanya,
‘Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah berfirman kepada Nabi-Nya, “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang
mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.’ Dan, orang ini termasuk orang-orang yang
bodoh.’ Demi Allah, ‘Umar tidak melanggar ayat itu, ketika al-Hurr
membacakannya padanya, dan ia memang tunduk pada kitabullah ‘Azza wa Jalla.” Hadits ini diriwayatkan al-Bukhari sendiri, (Muslim tidak
meriwayatkannya).
EmoticonEmoticon