Saudara-saudara
kaum Muslimin rohimakumulloh..
Rosululloh
shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي
الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ
فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَاوَهِيَ القَلْبُ
“Ketahuilah, bahwa di dalam tubuh
terdapat segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya menjadi baik, dan jika
rusak, maka seluruh tubuhnya menjadi rusak pula, ketahuilah,(segumpal daging)
itu adalah hati.”
Hadits
ini menjelaskan kepada kita bahwa, di dalam tubuh manusia ada segumpal daging,
yang jika segumpal daging tersebut khusyu’, maka khusyu’lah seluruh anggota
tubuhnya. Jika segumpal daging tersebut memiliki keinginan, maka semua anggota
tubuhnya pun demikian. Dan jika segumpal daging tersebut rusak, maka rusaklah
seluruh anggota tubuh manusia. Segumpal daging itu adalah hati. Hati
diibaratkan sebagai raja, sedangkan anggota tubuh manusia adalah rakyatnya.
Jika pemimpinnya baik, maka rakyatnya akan menjadi baik dan jika pemimpinnya
rusak, maka rakyatnya pun akan rusak.
Hati
yang sholahat (hati yang baik) adalah hati yang bermanfaat pada hari
Kiamat dimana pada hari itu harta dan anak-anak kita tidak dapat memberikan
pertolongan sedikit pun juga. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا
بَنُونَ إِلَّا
مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(yaitu) di hari harta dan
anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Alloh
dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara’: 88-89)
Maksudnya
adalah, hari ketika harta tidak mampu melindungi seseorang dari siksa Alloh,
meskipun ia menebus dengan emas sepenuh bumi. Tidak pula anak-anak
keturunannya, sekalipun ia menebusnya dengan seluruh manusia yang ada di muka
bumi yang merupakan anak keturunannya. Tidak ada yang berguna pada hari itu kecuali hati yang bersih/ hati yang selamat.
Sa’id bin Al Musayyib rohimahulloh berkata, yang dimaksud dengan hati
yang selamat adalah hati yang sehat. Hati yang sehat adalah hati orang yang
beriman, karena hati orang kafir dan orang munafik adalah hati yang sakit.
Sedangkan Abu ‘Utsman an-Nisaburi rohimahulloh berkata, “Hati yang
selamat” adalah hati yang selamat dari bid’ah dan merasa tenteram dengan
as-Sunnah.”
Saudara-saudara
kaum Muslimin, a‘aazzaniyalloh wa iyyakum…
Hati
yang sehat adalah sumber keselamatan manusia. Untuk itu kita perlu mengetahui
tanda-tandanya. Di antara tanda-tanda hati yang sehat adalah sebagai berikut:
1. Banyak berdzikir kepada Alloh
Hati
manusia diibaratkan seperti periuk sedangkan lisan kita laksana gayungnya.
Lisan akan mengeluarkan yang manis atau yang pahit adalah dari dalam hati.
Apabila hati manusia adalah hati yang bersih yang dipenuhi rasa cinta kepada
Alloh, lisan pasti tergerak untuk melantunkan dzikir. Tapi jika hati dipenuhi
hal-hal lain, seperti kufur, fasik, dan durhaka kepada Alloh, lisan akan
tergerak untuk memfitnah, mengadu domba, serta berbuat keji dan kotor.
Berdzikir
merupakan ciri orang yang mencintai Alloh dan dicintai-Nya. Rosululloh shollallohu
‘alayhi wa sallam bersabda;
أَنَا مَعَ عَبْدِيْ مَاذَكَرَنِي
وَتَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاهُ
“Aku beserta hamba yang selalu
menyebut-Ku dan kedua bibirnya selalu bergerak (berdzikir)” (HR. Ahmad dan Ibnu
Majah, dishahihkan oleh Al-Albani)
2. Ia rela tubuhnya letih untuk
melayani Alloh dan hatinya tidak merasa jemu.
Rosululloh
shollallohu ‘alayhi wa sallam pernah melakukan sholat hingga kedua
kakinya bengkak. Ketika ditanya tentang hal itu, beliau shollallohu ‘alayhi
wa sallam menjawab,
أَفَلَا أَكُوْنُ عَبْدًا
شَكُوْرًا
“Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?”
Yahya
bin Mu’adz rohimahulloh berkata, “Barangsiapa senang melayani Alloh,
segala sesuatu akan senang melayaninya. Barangsiapa matanya senang kepada
Alloh, setiap mata akan senang melihatnya.” Barang siapa yang cinta kepada
Alloh, ia akan senang melayani-Nya, dan pelayanannya itu akan menjadi energi
bagi hati dan makanan bagi jiwanya.
Di
antara pelayanan kepada Alloh yang sangat besar nilainya dan sangat tinggi
kedudukannya adalah menjadi anshorulloh (penolong-penolong Agama Alloh).
Orang-orang yang benar keimanannya, akan tergerak hati dan jiwanya untuk
menjadi anshorulloh karena Alloh subhanahu wa ta’ala telah
memerintahkan kepadanya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ
“Hai
orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong (agama) Alloh..” (QS.
Ash-Shoff: 14)
Rosululloh
shollallohu ‘alayhi wa sallam adalah orang yang paling berjasa dalam
menyebarkan agama Alloh. Beliau telah sempurna menyampaikan risalah dari Alloh,
walaupun berbagai macam rintangan dan ujian datang menderanya. Inilah
sebaik-baik pelayanan kepada Alloh subhanahu wa ta’ala. Begitu juga para
shohabat dan orang-orang setelahnya, yaitu kurun kedua dan kurun ketiga. Mereka
adalah orang-orang terbaik yang telah memberikan pelayanan kepada Alloh dengan
dakwah dan jihad. Maka sebagai seorang mukmin yang mengaku mengikuti jejak
Rosululloh dan jejak salafush-sholih, kita harus meniti jalan dakwah dan
perjuangan. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو
إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ
بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ
وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku,
aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah
yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”
(QS. Yusuf:108)
3. Jika luput melakukan satu
ketaatan, ia merasa sangat rugi.
Kerugian
yang ia rasakan bahkan melebihi orang yang bakhil ketika kehilangan keluarga
dan hartanya. Sebab ia tahu, kerugian tersebut merupakan kerugian akhirat.
Sedangkan kerugian dunia sangat tidak sebanding dengan kerugian akhirat. Cepat
atau lambat, harta benda dunia pasti akan musnah, sementara apa yang ada di
sisi Alloh tidak pernah sirna. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ ۖ
وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ
“Apa yang ada di sisi kalian akan
lenyap, dan apa yang ada di sisi Alloh adalah kekal…” (QS. An-Nahl: 96)
Apa
bila seorang saudagar tidak melakukan transaksi penjualan yang memiliki nilai
laba dua puluh tujuh juta yang ada di suatu kota, tentu ia akan menggigit jari
penyesalan. Karena itu orang yang tidak menunaikan sholat berjama’ah yang
pahalanya dua puluh tujuh kali lipat lebih banyak daripada shalat sendirian,
tetapi ia tidak menyesalinya, hal itu merupakan ciri hati yang sakit. Sebab,
mengagungkan perintah dan larangan termasuk ciri hati yang sehat.
4. Pemiliknya (pemilik hati yang
sehat) menjadikan tujuannya hanya untuk Alloh semata.
Faktor
terkuat yang menggerakkan seorang hamba dari dalam dirinya ialah cinta kepada
Alloh dan pengharapan melihat Wajah-Nya yang Mulia. Alloh subhanahu wa
ta’ala berfirman:
وَمَا لِأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ
نِعْمَةٍ تُجْزَىٰ إِلَّا
ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَىٰ وَلَسَوْفَ
يَرْضَىٰ
“Padahal tidak ada seseorang pun
memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan
itu semata-mata) karena mencari keridhoan Robb-nya Yang Mahatinggi. Dan kelak
dia benar-benar mendapat kepuasan (surga).” (QS. Al-Lail: 19-21)
5. Hal yang paling dicintainya ialah
Kalamulloh dan membicarakan tentangnya.
Ibnu
Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu berkata, “Barangsiapa yang ingin mengetahui
apakah dirinya mencintai Alloh, hendaknya ia menghadapkan dirinya pada
Al-Qur’an. Bila ia mencintai Al-Qur’an, itu artinya ia cinta kepada Alloh.
Sebab, Al-Qur’an ialah Kalamulloh (firman Alloh).”
Utsman bin ‘Affan rodhiyallohu
‘anhu menjelaskan,
لَوْطَهُورَت قُلُوبُنَا
لَمَّا شَبِعَتْ مِنْ كَلَامِ رَبِّنَا
“Apabila hati kita bersih, ia tidak akan merasa kenyang dengan
firman Robb kita.”
Khutbah
2
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا،
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Jama’ah
sholat Jum’at rohimakumulloh…
Demikian
tadi lima point yang saya sebutkan pada khutbah pertama adalah di antara
tanda-tanda hati yang sehat. Yang berarti pula, tanda-tanda cinta kepada
Robbnya. Karenanya hati yang sehat hendaklah dipenuhi perasaan cinta kepada
Dzat Yang Maha Mulia. Tanpa itu, hati tak bisa disebut hati yang sehat.
Sebagaimana langit dan bumi, seandainya ada ilah selain Alloh di dalamnya,
keduanya pasti akan rusak binasa. Demikian pula hati para hamba-Nya, seandainya
ada ilah selain Alloh di dalamnya, ia pasti akan benar-benar rusak. Mustahil
akan menjadi baik, sebelum ia kembali mentauhidkan Alloh dan mencintai-Nya.
Sejatinya
mata diciptakan untuk melihat, telinga untuk mendengar, lisan untuk bicara dan merasa,
serta hati untuk cinta dan beribadah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala.
Ia tidak akan merasa bahagia dan tenang, kecuali dengannya.
Jika
hati seseorang cinta kepada selain Alloh, ia akan rusak, sengsara, sedih,
gundah gulana dan celaka. Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda:
تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَار،
تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ، تَعِسَ عَبْدُ الخَمِيْصَةِ، تَعِسَ عَبْدُ
القَطِيْفَةِ، تَعِسَ وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيْكَ فَلَاانْتَقَشَ
“Celaka hamba dinar, celaka hamba dirmah, celaka hamba pakaian,
celaka hamba kain sutra. Celakalah dan jatuhlah ia. Apabila tertusuk duri,
tidak bisa keluar.” (HR. Al Bukhori).
Jika
hati kehilangan fungsi untuk mencintai dan beribadah kepada Alloh subhanahu
wa ta’ala, sungguh ia lebih sengsara daripada mata yang kehilangan
penglihatan dan telinga yang kehilangan pendengaran. Akibatnya hati pun menjadi
bergolak, sengsara dan sedih sampai ia kembali mengenenal Robb-nya.
Semoga
Alloh subhanahu wa ta’ala menganugerahkan kepada kita hati yang sehat
dan fitrah yang lurus. Dia selalu menunjukkan kepada siapa saja yang Dia
kehendaki menuju jalan yang lurus dan benar.
*Untuk
muqoddimah dan do’anya, silahkan bisa ditambahkan dari postingan kami yang
terdahulu..
EmoticonEmoticon