MENINGKATKAN EFEKTIFITAS CERAMAH

Januari 29, 2015 Add Comment
          

       
Postingan ini adalah lanjutan dari artikel tentang “Cara Menyampaikan Ceramah Umum/Pidato” yang telah diposting pada kesempatan yang lalu. Untuk menambah ilmu baru dalam menyiapka ceramah yang terbaik, maka perlu untuk menyimak dan merenungkan beberapa hal dalam materi ini.


B. Meningkatkan Efektifitas

1. Kesinambungan

          Pada waktu kita menyampaiakan ceramah, hendaklah kita mempertimbangkan bagaimana kita beralih dari satu ide ke ide yang lain. Ceramah kita hendaklah mempunyai kesinambungan dan berurutan dari awal hingga akhir. Tetapi keperluan akan transisi tersebut merupakan suatu seni saja. Walaupun kita tahu apa yang ada dalam pemikiran kita, bagaimana dan apa yang akan kita katakana secara logis dan berhubungan dengan masalah sebelumnya, namun hubungan tersebut mungkin tidak jelas oleh pendengar kita. Mereka akan dapat memahami apa yang kita katakana jika mereka dapat melihat bagaimana informasi atau pesan yang disampaikan dapat mengisi ruang yang mereka pikirkan, jangan berhenti kemudian memaksa mereka untuk memikirkannya sendiri.

          Di sini terdapat dua bentuk pelatihan yang dapat kita lakukan: peralihan secara retorika, yaitu kalimat atau ungkapan yang menghubungkan apa yang diungkapkan sebelumnya dengan apa yang sedang dikatakan dan peralihan secara vokal, yaitu melalui perubahan kekuatan dan nada suara. Contoh jenis pertama ialah perubahan dari paragraph pertama ke paragraph kedua seperti dalam contoh yang berikut:

          “......Hal tersebut mengarah kepada suatu kesimpulan bahwa kelaparan merupakan permasalahan utama penduduk dunia.”
          “Akan tetapi, kelaparan bukanlah hasil dari kekurangan makanan saja.”

2. Pilihan Kata

          Biasakan menggunakan pilihan kata yang terbaik. Tidak ada sesuatu yang akan mendatangkan kita kurang matang, melainkan dari pemakaian bahasa yang tidak baik. Kadang-kadang menggunakan bahasa daerah yang masih dipakai dapat menjadi cara yang efektif untuk membina hubungan dengan pendengar yang selaras dengannya, tetapi bahasa tersebut hendaklah digunakan secara terpilih.

          Di sini terdapat beberapa “ringkasan tentang bagaimana berpidato” yang baik digunakan dengan bijaksana:

·         Mengulang kata-kata yang penting (sebaiknya ulanglah tiga kali)
·         Menggunakan tempo yang ritmis dalam pemilihan kata.
·         Menggunakan huruf yang sama dalam rentetan kata untuk menghidupkan ceramah.
·  Menggunakan ungkapan-ungkapan yang baik untuk mengemukakan fakta, pendengar akan mengingatnya.
·         Menggunakan perumpamaan, kiasan dan bandingan untuk menyampaikan ide yang komplek.
·         Menggunakan statistik yang dapat memberikan keabsahan terhadap permasalahan.
·         Bersuara lantang dan menggunakan kata-kata yang dapat menyentuh perasaan dan pemikiran pendengar.
·         Memberikan kenyataan yang dinamis untuk menarik perhatian dan kesimpulan yang menggambarkan pesan utama yang tidak dapat dilupakan.

     Di lain pihak, sebagian ungkapan mesti dielakkan. Sebagai contoh kita tidak patut menggunakan ungkapan-ungkapan yang berikut, kecuali benar-benar bermaksud demikian:
“Saya tidak tahu, tetapi saya pikir..”       “senantiasa/selalu”
“Sejauh ini yang saya tahu..”                  “Tidak pernah”
“Saya percaya bahwa..”                           “Setiap orang”
“Kita hendaklah tahu..”                           “Tidak seorang pun”


3. Catatan

              Jika kita menyediakan catatan untuk membantu dalam penyajian ceramah, ini suatu langkah yang baik asal tidak menyimpang dari tujuannya. Walau pun kita merasa penyampaian kita berjalan dengan baik, kita perlu sering mencocokkan fakta disebabkan oleh informasi yang tidak pasti atau uraian yang berlebihan.

              Janganlah membaca catatan secara terus-menerus, dan jangan menyembunyikannya. Kita telah bersusah payah mempersiapkan ceramah dan kita hendaklah menyampaikan semua masalah yang ingin disampaikan. Selanjutnya, jika kita mempunyai kesulitan mengenai tangan kita, misalnya apa yang perlu dibuat oleh tangan kita, kita dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan memegang catatan ceramah kita.

BACA JUGA YANG INI:

Tinggalkan komentar Anda di blog ini...

Rib'i bin Amir, Ja'far bin Abu Thalib, Ath-Thayyar

Januari 23, 2015 Add Comment
     
     

           Sebagian orang mengira, ketika berbagai kenikmatan banyak tersebar, ketika itu pula umat ini akan lebih baik. Padahal hal ini adalah anggapan yang salah. Para pemuda sahabat Nabi Muhammad saw telah menaklukkan tiga perempat dunia, sementara ada salah seorang di antara mereka hanya memiliki satu pakaian saja.

            Rib’i bin ‘Amir datang di hadapan Rustum dengan membawa tombak tumpul.

            Para shahabat memasuki istana Kisra, dengan satu-dua orang di antara mereka ada yang perutnya lapar.

            Lalu apa yang kita peroleh dari perusahaan kita, istana kita, mobil kita, taman kita, kebun kita, dan makanan kita?

            Sesungguhnya hal terbanyak yang melalaikan jiwa seseorang ketika orang itu hidupnya makmur dan sejahtera.

            Salah seorang raja pernah menguasai Andalus (Spanyol) dengan pasuka Aramram. Setelah ia meninggal dunia, anaknya yang menggantikannya. Anaknya hidup mewah hingga melewati batas. Ia katakana, “Di rumahku ada tujuh puluh dua hamba sahaya perempuan dan empat orang isteri.” Ia selalu mendengarkan musik pagi dan sore.

            Lalu datanglah Raja Eropa kemudian menaklukkan Andalus. Raja yang masih muda tadi diikat di dalam penjara. Kemudian ibunya datang menjenguknya. Ia pun menangis di depan pintu penjara. Ibunya berkata, “Menangislah seperti para wanita. Kerajaanmu hilang. Engkau tidak menjaganya seperti para pahlawan.”

            Kita kaum Muslimin, apa tugas kita di dalam hidup ini? Mengapa Alloh mengutus kita untuk manusia? Mengapa Alloh keluarkan kita dari kegelapan menuju cahaya?

            Ada seorang sahabat Nabi berkata, “Wahai Rasululloh, jangan cegah aku masuk surga. Demi Alloh, aku pasti akan masuk surga karena aku sungguh cinta kepada Alloh dan Rasul-Nya. Aku tidak akan melarikan diri ketika pasukan besar menyerbu.

            Setelah hijrah tujuh tahun, Ja’far bin Abu Thalib datang dari Al-Habasyah menuju Madinah. Apakah Rosululloh saw membalasnya dengan hadiah berupa harta dan memberinya jabatan karena hijrahnya di jalan Alloh itu?

            Tidak. Bahkan Nabi mengutusnya agar ia mengorbankan darah dan nyawanya di jalan Alloh pada perang Mu’tah. Saat tangan kanannya putus, dipegangnya panji pasukan dengan tangan kiri, dan dipeluknya.

            Kemudian beberapa tombak menembus dadanya, yang membuatnya kemudian gugur.

            Beberapa saat setelah gugurnya Ja’far lantas Nabi Muhammad saw bersabda, “Demi Rabb yang diriku berada di dalam genggaman-Nya, aku telah melihat Ja’far bin Abu Thalib terbang di surga dengan dua sayap yang dijadikan Alloh sebagai ganti kedua tangannya.” (HR. Al-Hakim)


            Itulah sebabnya, setelah kematiannya, Ja’far diberi gelar Ath-Thayyar, yang bisa terbang. 

CARA MENYAMPAIKAN CERAMAH UMUM/PIDATO

Januari 22, 2015 Add Comment


Berbicara di depan umum kepada pendengar yang baik atau yang dingin adalah salah satu tugas yang teramat penting dari kepemimpinan. Tujuan dari berbicara dapat berbeda-beda mulai dari mengkomunikasikan informasi, merubah pendapat, sampai ke mendorong untuk melakukan tindakan. Prinsip dasar untuk mempersiapkan dan menyampaikan ceramah adalah sama bagi seluruh keadaan. Hal tersebut akan dibicarakan selanjutnya.

I.            Perencanaan dan Persiapan Materi

A.    Pendekatan Secara Bertahap

1.     Pertimbangan Awal
          a)     Mengenali Pendengar
Langkah pertama untuk merencanakan ceramah/pidato ialah mengetahui pendengar kita. Sebagai contoh, kita hendaklah mengetahui kelompok atau masalah yang ada di kalangan pendengar, siapa yang telah berbicara dengan mereka, dan berbagai kedudukan itu apa pengaruhnya terhadap subjek atau masalah yang dibicarakan. Kita juga hendaknya mencari informasi mengenai apakah ada “pengacau” atau “pendukung” di kalangan pendengar terhadap pembicara.

Untuk mendapatkan hubungan yang erat dan meningkatkan komunikasi dengan pendengar, kita hendaknya tiba lebih awal dan pulang belakangan. Hal ini memungkinkan kita bertemu dengan orang-orang yang datang lebih awal dan menemui rekan di kalangan pendengar. Kita juga bisa berbicara dengan mereka yang menentang, membuat kita untuk menyebut nama-nama mereka dan kepentingan mereka dalam penyajian ceramah kita, sehingga dengan demikian menunjukkan bahwa kita menghormati pendapat mereka. Kita boleh juga menggunakan kesempatan ini untuk menguatkan masalah-masalah yang telah disampaikan dalam ceramah tersebut.

b)    Menumbuhkan Keperayaan
Pendengar akan mendengar ceramah kita jika mereka mempercayai kredibilitas kita. Untuk menumbuhkan kepercayaan, penceramah harus menguasai masalah yang sedang disampaikan, presentasinya bisa dipercaya, dan cara melakukannya membuat pendengar suka padanya. Waktu Rasululloh saw telah siap untuk memberitahukan kepada penduduk Mekah bahwa beliau telah dipilih untuk menyampaikan petunjuk Alloh kepada mereka, beliau memanggil mereka supaya berkumpul di sebuah bukit di Mekah. Kemudian beliau bersabda, “Jika aku kabarkan satu berita bahwa suatu angkatan tentara akan muncul dari kaki bukit ini, adakah kalian akan mempercayai aku?” Mereka semua menjawab, “Ya”, karena sampai hari ini mereka belum pernah mendengar Rasululloh saw berdusta. Setelah terbentuk kepercayaan beliau bersabda, “Aku mengingatkan kalian akan pembalasan yang berat yang akan menunggu kalian jika kalian tidak beriman.” (shahih Bukhari).

2.     Bagaimana Menyusun Ceramah/Pidato
Berikut ini adalah model umum bentuk ceramah. Tetapi, bentuk pidato ini tidak selalu sesuai. Suatu topik atau keadaan yang khusus dapat menentukan susunan yang berbeda. Dalam setiap kasus, tujuannya ialah untuk menyiapkan suatu ceramah/pidato yang menyeluruh dan terpadu secara jelas.

Urgensi Umur Manusia

Januari 17, 2015 Add Comment


          Masalah yang dihadapi setiap Muslim, bahkan setiap manusia, bahwa kehidupan dibatasi oleh tahun, hari, bahkan detik. Manusia tak mampu menambah atau mengurangi waktu barang sedetik. Sebesar apa pun tenaga yang dicurahkan seorang Muslim untuk mengumpulkan kebaikan sebanyak-banyaknya, tetap saja jatah hidupnya di dunia ini dibatasi waktu. Umur ummat Nabi Muhammad saw lebih singkat dibanding dengan usia ummat-ummat terdahulu. Hal ini disebutkan dalam hadits riwayat Abu Hurairah ra , Nabi saw barsabda,
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ سِتِّيْنَ إِلَي سَبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَالِكَ
“Usia umatku antara 60 sampai 70 (tahun). Sedikit di antara mereka yang melebihi batas itu.” (HR. At-Tirmidzi)

          Usia produktif manusia tidak lebih dari 20 tahun seluruh umurnya. Sebagai contoh, salah satu dari kita diberikan jatah hidup di dunia selama 60 tahun. Rinciannya, sepertiga dari usia itu dipergunakan untuk tidur, dengan asumsi tidur selama 8 jam per hari. Lalu 15 tahun masa kanak-kanak sampai usia pubertas. Masa itu, seseorang belum memasuki usia taklif (pembebanan kewajiban oleh syari’at). Yang tersisa tinggal sekitar 25 tahun. Dari 25 tahun itu, terambil waktu sedikitnya 2 tahun untuk makan dan minum, buang hajat dan urusan-urusan mendesak lainnya. Jika ia melakukannya sekitar 2 jam per hari, maka sisa umurnya sekitar 23 atau hampir sepertiga umurnya. Itulah waktu yang ia harus pergunakan semaksimal mungkin untuk memperoleh kebaikan. Waktu yang sangat singkat, tentu saja. Karenanya, dibutuhkan sejumlah kiat untuk menjadikan umur lebih produktif dalam waktu singkat tersebut.

          Esensi kehidupan seorang manusia adalah putaran masa yang tersusun atas detik-detik waktu. Waktu memiliki nilai yang sangat berharga bagi seorang Muslim. Maka seorang Muslim harus mampu memenej waktu sebaik mungkin agar tidak merugi karena telah menyia-nyiakannya. Waktu-waktu yang kita miliki harus melahirkan berbagai manfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat kita.

          Merupakan perbuatan yang sangat bodoh jika ada orang yang membakar uangnya setelah ia bersusah payah mengumpulkannya. Merupakan perbuatan yang sangat konyol ketika ada seseorang membuang emas dan perhiasannya di tempat sampah setelah ia membanting tulang dan memeras keringat untuk mendapatkannya. Mereka dikatakan bodoh dan konyol karena telah menyia-nyiakan sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupannya.

          Waktu adalah modal utama kehidupan. Penghamburan dan penyia-nyiaan waktu di dunia ini sama halnya dengan penghamburan dan penyia-nyiaan kehidupan itu sendiri. Tentunya tidak ada orang yang lebih bodoh sekaligus konyol daripada orang yang telah menyia-nyiakan kehidupan yang hanya sekali dan sesaat ini.

          Ibnul Qayyim rh berbicara tentang waktu:

KEUTAMAAN ILMU ATAS HARTA

Januari 11, 2015 Add Comment
Ilmu bisa mengangkat derajat seorang hamba sahaya hingga mendudukannya bersama para raja.

            Dalam Ash-Shahih, disebutkan bahwa Nafi’ bin Al-Harits pernah mendengat Umar bin Khaththab di Usfan –Nafi’ pernah diangkat oleh Umar sebagai gubernur di Mekah. Nafi’ bertanya, “Siapa yang Anda angkat menjadi gubernur Mekah sekarang?” Umar menjawab, “Ibnu Abza.”

            Nafi’ bertanya, “Siapa Ibnu Abza itu?”
            Umar menjawab, “Salah seorang budak kami yang dimerdekakan.”
            “Anda mengangkat mantan budak sebagai pemimpin orang Mekah?” Tanya Nafi’ keheranan.
            “Dia seorang qari’ (pandai membaca al Qur’an dan memahami isinya) dan pandai ilmu far’id,” Jawab Umar menimpali.
            Umar kemudian berkata, “Sesungguhnya Nabi saw pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah memuliakan sekelompok orang dengan ilmu ini, dan Allah juga merendahkan sekelompok orang dengannya’.” (HR. Muslim)

            Ibrahim Al Harbi mengatakan, ‘Atha’ bin Rabah adalah budah seorang wanita dari Mekah yang gerowong hidungnya.” Namun, Sulaiman bin Abdul Malik, Sang Amirul Mukminin, mendatangi ‘Atha’ bersama dua anaknya. Mereka kemudian duduk di sisi Atha’ yang sedang shalat. Usai shalat, ‘Atha’ menemui mereka. Mereka tak henti-hentinya bertanya kepada ‘Atha’ mengenai manasik haji (ibadah-ibadah dalam haji), sementara ia duduk memunggungi mereka.

            Sulaiman berkata kepada anaknya, “Berdirilah!” Mereka pun berdiri. Ia melanjutkan, “Wahai anak-anakku, janganlah kalian berhenti menuntut ilmu, karena aku tidak akan pernah melupakan betapa rendahnya harga diri kita di hadapan budak berkulit hitam ini.”

            Al-Harbi bercerita bahwa Muhammad bin Abdurrahman Al-Auqash membenamkan lehernya ka arah tubuhnya, sementara kedua pundaknya mencuat keluar, keduanya seperti anak panak. Lalu ibunya barkata, “Anakku, janganlah kamu duduk besama suatu kaum, kecuali jika membuatmu terhormat di antara mereka. Karena itu, tuntutlah ilmu, sungguh ia akan mengangkat derajatmu.”

            Muhammad bin Abdurrahman kemudian diangkat menjadi hakim di Mekah selama 20 tahun. Al-Harbi menlanjutkan ceritanya, “Apabila para lawan Muhammad bin Abdurrahman duduk di depannya, mereka semua gemetar sampai Muhammad bin Abdurrahman berdiri.”

            Abdullah bin Dawud berkata, “Aku mendengar Sufyan Ats-Tsauri rh berkata, ‘Ini hadits mulia, barang siapa menginginkan dunia dengan ilmu, maka ia akan mendapatkannya. Barangsiapa menginginkan akhirat dengan ilmu, ia juga akan mendapatkannya’.”

            Sufyan bin Uyainah bertutur, “Orang yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah adalah orang yang tinggi derajatnya di sisi Allah dan hamba-hamba-Nya. Mereka adalah para nabi dan ulama.”

            Tiada kebanggaan kecuali bagi para ahli ilmu

            Mereka penunjuk orang-orang yang meminta petunjuk.

            Tingkatan setiap orang ialah apa yang ia anggap baik

            Musuh ahli ilmu adalah orang-orang bodoh.

            Beruntunglah dengan ilmu niscaya kamu hidup selamanya

            Orang-orang bodoh telah mati sedangkan ahli ilmu akan tetap hidup.



KEUTAMAAN ILMU ATAS HARTA